RAKYATKU.COM - Santri dan pesantren ikut bertanggung jawab dalam menahan laju wabah virus corona. Makanya, mereka diminta berpartisipasi mendukung upaya pemerintah.
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Dr KH Nasaruddin Umar menyatakan, pemerintah telah berupaya keras dalam memutus mata rantai Covid-19.
Mantan Wakil Menteri Agama ini menegaskan metode yang dilakukan pemerintah dalam menekan angka penyebaran Covid-19 itu sama seperti protokol Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam saat menghadapi virus di eranya.
Baca Juga : Kasus Covid-19 Indonesia Meningkat Lagi, Kini Total 6.080.451
Prof Nasaruddin menyampaikan perkataan Nabi Muhammad kalau berkembang satu virus di suatu tempat jangan pernah masuk ke tempat tersebut. Kalau telanjur berada di dalamnya jangan keluar dari tempat itu.
"Protokol yang diterapkan itu mencontoh apa yang dilakukan Nabi. Pandemi itu ada. Kalau dibilang tidak ada, itu melakukan pembodohan terhadap masyarakat. Tanggung jawab itu nantinya," ungkap Prof Nasaruddin dalam talkshow "Santri Sehat Indonesia Kuat" dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional di Media Center Satgas Penanganan Covid-19 Graha BNPB Jakarta, Kamis pagi (22/10/2020).
Prof Nasaruddin menambahkan komunitas santri dan pengelola pesantren tidak boleh berdiam diri. Komunitas santri diimbau harus proaktif dalam mensosialisasikan protokol kesehatan di kalangan internal dan juga masyarakat.
Sebagaimana dulu, santri berperan penting dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca Juga : Aturan Mudik Lebaran: Wajib Pakai Masker Tiga Lapis, Dilarang Teleponan
"Jadi kalau para santri pernah melakukan komando jihad mengusir Belanda maka komunitas santri harus tampil mengusir virus corona dengan caranya sendiri. Harus banyak berdoa dan menjadi contoh bagi masyarakatnya," papar Prof Nasaruddin yang dikenal sejuk saat menyampaikan ceramah di hadapan jemaah.
Sementara Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Dr Masdalina Pane, M.Si (Han) mengatakan metode pengendalian virus di zaman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam itu masih relevan dengan saat ini yang dikenal dengan istilah masa karantina.
Dr Masdalina menyebut pandemi ini bukan sesuatu yang baru. Menurutnya, santri yang tinggal dalam satu populasi cukup lama seperti di pesantren berisiko terpapar virus corona lebih tinggi. Tapi kalau tidak banyak terhubung dengan dunia luar, justru relatif lebih aman. Begitu juga dengan melakukan penanganan karantina di pesantren jauh lebih mudah di banding di lingkungan rumah.
Baca Juga : Satgas COVID-19: Buka Puasa Bersama Boleh, tetapi Jangan Mengobrol
"Santri yang memiliki gejala ringan mohon segera melaporkan pada pengurus agar segera mendapat tindakan. Dan kalau ada petugas kesehatan dari puskesmas setempat melakukan pengecekan, mohon didukung," kata Dr Masdalina yang melakukan talkshow ini via Zoom karena sedang bertugas di Ambon, Maluku, dengan perbedaan waktu dua jam lebih cepat dibanding waktu Jakarta.