RAKYATKU.COM - Masyarakat dianjurkan untuk berada di rumah dengan tujuan memutus rantai penyebaran Covid-19.
Namun, terus-terusan berada di rumah dapat menjadi buah simalakama bagi perempuan yang kerap mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Kekerasan dan pelecehan dalam rumah tangga selalu menjadi masalah yang sangat memprihatinkan bagi semua negara di dunia.
Baca Juga : Hasil Piala Dunia: Kalah 4-1 Dari Kroasia, Harapan Kanada Masuk 16 Besar Pupus
United Nations Population Fund yang bekerja sama dengan Avenir Health, Universitas Johns Hopkins di AS dan Universitas Victoria di Australia, mencatat adanya peningkatan 20 persen dalam kekerasan dalam rumah tangga selama rata-rata tiga bulan karantina di 193 negara anggota PBB.
Karantina mandiri telah membuat makin sulit bagi perempuan untuk berbicara di depan umum. Terlebih, mengenai pelecehan mereka atau mencari bantuan untuk masalah tersebut.
Pada April 2020, Yayasan Perempuan Kanada memperkenalkan isyarat tangan yang unik sebagai isyarat untuk memanggil bantuan demi KRDT.
Baca Juga : Babak Pertama Kroasia Kalahkan Kanada 2-1
Isyarat tangan dirancang sebagai satu gerakan tangan terus-menerus, bukan sebagai tanda yang dipegang pada satu posisi, sehingga membuatnya lebih terlihat, tetapi tidak mencurigakan.
Gerakan tangan itu menjadi simbol dan penanda bahwa seseorang tengah mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Caranya adalah mengangkat tangan ke kamera dengan ibu jari terselip di telapak tangan, lalu melipat jari ke bawah dan menjepit ibu jari di jari. Dengan kata lain, kepalkan tangan dengan posisi jempol di dalam.
Meskipun penting bagi korban dan penolong untuk memahami pentingnya gerakan tersebut, yang terpenting adalah tetap waspada dan segera bertindak, tanpa mengkhawatirkan pelakunya.