RAKYATKU.COM - Pihak berwenang mengatakan, Sabtu (15/8/2020), sebuah kapal tanker Jepang yang menabrak karang di Mauritius bulan lalu, telah terpecah belah.
Komite Krisis Nasional Mauritius mengatakan kondisi MV Wakashio memburuk, Sabtu pagi dan terbelah pada siang hari.
"Sekitar pukul 4.30 sore, bagian depan kapal itu terlepas," katanya dalam pernyataan. "Berdasarkan anjuran pakar, kapal itu rencananya akan ditarik ke darat."
Baca Juga : Unismuh Makassar dan SMARTI Resmi Jalin Kerjasama
Kapal itu menabrak terumbu karang pada 25 Juli, menumpahkan sekitar 1.000 ton bahan bakar minyak (BBM). Tumpahan minyak itu membahayakan terumbu karang, ikan dan kehidupan laut lainnya. Sebagian ilmuwan menyebutnya sebagai bencana ekologi terburuk di negara itu.
Presiden Masyarakat Konservasi Kelautan Mauritius Jacqueline Sauzier kepada Reuters, mengatakan sebagian sisa minyak dari kapal itu bocor ke laut pada Jumat (14/8/2020).
Pihak berwenang mengerahkan boom atau penyaring minyak pada Sabtu (15/8/2020) untuk membantu menyerap minyak di sekitar kapal itu.
Baca Juga : Perdana Menteri Jepang Melakukan Kunjungan ke Ukraina
Komite Krisis mengatakan perhatian khusus diberikan pada tempat-tempat sensitif seperti Taman Kelautan Blue Bay, Ile aux Aigrettes, dan Situs Ramsar Nasional Pointe D'Esny.
Pihak berwenang mengatakan cuaca diperkirakan memburuk dalam beberapa hari ke depan dengan ombak setinggi hingga 4,5 meter.
Pemerintah Mauritius mengatakan, Kamis (13/8/2020), sebagian besar minyak dari kapal itu telah dipompa keluar. Namun, masih ada 166 ton BBM di dalam kapal itu, dan pihak berwenang berusaha mengeluarkannya.
Baca Juga : Hasil Piala Dunia: Singkirkan Jepang Melalui Drama Adu Pinalti, Kroasia Lolos Perempat Final
Menteri Lingkungan Hidup Jepang Shinjiro Koizumi mengatakan pada Sabtu (15/8/2020), Tokyo berencana mengirim sebuah tim dari kementerian dan pakar lain untuk meninjau kerusakan. MV Wakashio dimiliki oleh perusahaan Jepang, Nagashiki dan disewa oleh Mitsui OSK Lines.
Para ilmuwan mengatakan dampak tumpahan minyak itu masih terus bergulir, tapi kerusakannya bisa berdampak pada Mauritius dan perekonomian yang bergantung pada pariwisata hingga puluhan tahun.