Kamis, 02 April 2020 11:40

Kementan Siapkan Strategi Perkuat Ekspor Perkebunan di Tengah Corona

Fusuy
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono. (foto/kementan ri)
Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono. (foto/kementan ri)

Sejak awal tahun 2020, dunia dihebohkan dengan wabah virus corona (Covid-19). Virus itu berasal dari China. Kehadiran Covid - 19, bak gelombang tsunami yang turut merusak postur perekonomian global.

RAKYATKU.COM, JAKARTA--Sejak awal tahun 2020, dunia dihebohkan dengan wabah virus corona (Covid-19). Virus itu berasal dari China. Kehadiran Covid - 19, bak gelombang tsunami yang turut merusak postur perekonomian global.

Sebagai negara pertama yang mengalami hantaman Covid – 19, pembatasan keluar masuknya barang dari dan/atau ke China, membuat perekonomian negara ini menjadi terganggu. Itu mengingat China yang merupakan negara dengan perekonomian sangat berpengaruh di dunia. Akibatnya, pasti berdampak pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya; salah satunya Indonesia.

Sawit, kelapa, kakao, karet, kopi, teh, lada, pala, cengkeh, kayu manis asal Indonesia menjadi komoditas perkebunan yang rutin diekspor ke negara yang dijuluki sebagai Tirai Bambu tersebut. Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono,  mengatakan,  Kementerian Pertanian telah mengambil langkah cepat dengan mengkaji alternatif tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan sebagai bentuk antisipasi menurunnya permintaan China terhadap ekspor komoditas perkebunan Indonesia di tahun 2020.

“Hal ini, sekaligus tindaklanjut dari arahan Pak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa sektor pertanian harus menjadi sektor yang paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis. Tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi, kita juga akan berupaya untuk mencari alternatif pasar tujuan ekspor,” ungkap Kasdi.

Kasdi mengaku, pihaknya telah menyiapkan enam strategi utama untuk memperkuat ekspor perkebunan Indonesia di tengah pandemik Covid – 19 saat ini, yang pertama adalah lobi perdagangan dengan negara mitra baru, termasuk untuk mengupayakan direct ekspor terhadap komoditas yang selama ini di re-ekspor melalui Tiongkok.

“Kedua, kami akan lakukan lobi terhadap kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral, seperti untuk sugar, vanaspati ghee dan komoditas lainnya. Yang ketiga, tentu dengan meningkatkan jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara kontinu,” beber Kasdi.

Strategi yang keempat, lanjut Kasdi, pihaknya akan berupaya meningkatkan kerja sama perdagangan untuk peningkatan akses pasar, melalui optimalisasi pemanfaatan perwakilan Indonesia di luar negeri, kerja sama yang sudah berjalan dipercepat, dan  tentunya dengan melakukan pengembangan kesepakatan baru.

“Sebagai contoh untuk sawit, berdasarkan analisis kami, tahun ini penyerapan China terhadap komoditas tersebut dipastikan menurun. Untuk mengantisipasi hal ini,  kita akan dorong peningkatan ekspor sawit ke India, Pakistan, Bangladesh, dengan kenaikan sebesar 20%, Amerika Serikat 5%. Selain itu, ekspor ke Tunisia, Turki, Mesir, Aljazair, Maroko, dan Iran naik sebesar 10%. Sedangkan untuk konsumsi dalam negeri, kami targetkan naik 5%,” beber Kasdi.

Staregi selanjutnya, ungkap Kasdi, pihaknya akan berupaya meningkatkan konsumsi domestik, seperti program B-30 untuk CPO, aspal karet untuk karet, kopi, gula semut, dan komoditas lainnya. Dan yang terakhir, adalah optimalisasi pelayanan jaringan informasi  dan komunikasi secara terorganisasi antara bussiness to bussiness (B to B) dan goverment to goverment (G to G).

Sedangkan untuk ekspor karet di tahun 2020, Kasdi mengaku telah mempersiapkan target-target peningkatan, dan negara-negara alternatif tujuan ekspor karet selain Cina.  “Kami akan dorong ke Jerman dan Perancis dengan besar kenaikan 10%, Amerika Serikat dan Argentina 10%, Jepang dan Korea Selatan naik 7,5%, Afrika Selatan hingga 2,5%. Untuk konsumsi dalam negeri, kami targetkan meningkat hingga 5%,” tutup Kasdi. (*)