RAKYATKU.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin menunda pemungutan suara tanggal 22 April tentang perubahan konstitusional yang memungkinkannya tetap berkuasa hingga 2036. Penundaan ini menyusul kekhawatiran tentang wabah virus corona.
Berbicara dalam siaran televisi langsung pada hari Rabu (25/3), Putin menyampaikan tanggal baru pemungutan suara akan ditentukan berdasarkan rekomendasi para ahli kesehatan.
Dilansir dari VOA, Rusia semula dijadwalkan melakukan pemungutan suara untuk mengadakan amandemen konstitusi, perubahan paling substantif pada dokumen negara itu sejak diadopsi 27 tahun lalu.
Beberapa minggu setelah rencana mengamandemen konstitusi itu diumumkan bulan Januari 2020, Putin memberi isyarat untuk mengadakan perubahan lain - yang memungkinkan ia untuk dipilih kembali tahun 2024 dan tetap menjadi presiden hingga 2036.
Putin mengatakan pemerintah tidak menginginkan warga Rusia kembali bekerja minggu depan, kecuali orang-orang yang bekerja di sektor-sektor penting, meskipun toko, apotek, dan bank akan tetap buka.
"Kesehatan, kehidupan, dan keselamatan rakyat adalah prioritas mutlak bagi kami," kata Putin.
Komentar Putin muncul setelah pemerintah melaporkan adanya 658 infeksi, naik dari 495 sehari sebelumnya, kata Wakil Perdana Menteri
Tatiana Golikova. Ini adalah kenaikan hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata sebelumnya dari penderita virus corona yang telah dikonfirmasi.
AS Tembus 1000 Kasus
Jumlah kematian akibat pandemi corona (Covid-19) di Amerika Serikat sudah mencapai 1.041 kasus. Demikian data terbaru dari Universitas Johns Hopkins.
Menurut data Worldometers, Kota New York memiliki jumlah kematian tertinggi dengan 280 kasus, diikuti oleh 100 kasus di King County, Negara Bagian Washington. Jumlah total kasus di AS adalah 68.489 dengan penambahan kasus terjangkit 278 kasus.
Kini, Negeri Paman Sam itu menduduki peringkat ketiga dengan negara paling banyak terjangkit Covid-19, setelah Italia dan China Daratan.Dengan naiknya angka kasus tersebut, AS diprediksi menjadi pusat baru dari wabah corona.
"Kami melihat percepatan yang sangat besar dalam kasus-kasus di AS. Jadi memang ada potensi (jadi pusat baru wabah corona) itu," ucap Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Harris saat mengadakan konferensi pers di Jenewa, Swiss, dilansir dari Reuters pada Rabu (25/3/2020) kemarin.
Namun Harris menambahkan jika AS sudah melakukan sejumlah sinyal positif. Di antaranya tes yang komprehensif, isolasi orang sakit dan pelacakan pada mereka yang terpapar virus.
Dari data Worldometers, AS sendiri saat ini mencatat ada 68.489 kasus pasien positif corona, dengan angka pasien meninggal sebanyak 1.032 kasus dan pasien berhasil sembuh 394 kasus.