RAKYATKU.COM - Dokter di Italia menjadi sangat 'kewalahan' oleh pasien coronavirus. Akibatnya, pasien lain yang mengalami penyakit berbeda seperti stroke dan lanjut usia, tidak ditangani.
Seorang petugas medis Italia mengatakan, mereka dipaksa mengambil keputusan hidup atau mati, mengenai siapa yang harus menerima perawatan intensif.
"Kasus bertambah banyak, kami tiba pada tingkat 15-20 rawat inap per hari, semua dengan alasan yang sama," kata dokter Daniele Macchini, dalam sebuah postingan Facebook, dikutip Daily Mail.
"Hasil penyeka sekarang datang satu demi satu: positif, positif, positif. Tiba-tiba ruang gawat darurat runtuh."
Dokter bedah ini mengatakan bahwa dokter di garis depan adalah "bagian dari satu tim yang berjuang menghadapi tsunami yang telah melanda kita".
Dia juga mendesak orang untuk mematuhi langkah-langkah karantina baru yang ketat di Italia.
“Jadi bersabarlah, kamu tidak bisa pergi ke teater, museum, atau gym. Cobalah untuk mengampuni begitu banyak orang tua yang bisa Anda bunuh," katanya.
Tenaga medis lain di Italia utara mengatakan kepada seorang teman di Inggris bahwa rumah sakit beroperasi hingga kapasitas 200 persen. Bahkan, ruang operasi telah diubah menjadi unit perawatan intensif.
Di satu sisi, kasus-kasus non-coronavirus sedang dikesampingkan.
Selain itu, staf medis sendiri menjadi sakit dan kewalahan secara emosional. Mereka 'menangis' karena tidak dapat menghentikan orang sekarat.
Komentar petugas medis tersebut diposting di Twitter oleh teman yang berbasis di Inggris, Jason van Schoor, seorang ahli anestesi dan klinis di University College London.
Virus corona menyebar begitu cepat di Italia. Korban tewas telah melonjak menjadi 631. Sementara jumlah orang yang terinfeksi telah meningkat jadi 10.149.
Italia Utara telah terkena dampak terburuk, tetapi langkah-langkah karantina drastis kini telah diperluas ke seluruh negeri.