Rabu, 04 Maret 2020 18:05

Usai Telponan Dengan Trump, Taliban Tewaskan 20 Tentara dan Polisi Afghanistan

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Pejuang Taliban dan penduduk desa menghadiri pertemuan di distrik Alingar di Provinsi Laghman, pada hari para gerilyawan mengatakan mereka melanjutkan operasi terhadap target pemerintah Afghanistan. (Foto: AFP / NOORULLAH SHIRZADA)
Pejuang Taliban dan penduduk desa menghadiri pertemuan di distrik Alingar di Provinsi Laghman, pada hari para gerilyawan mengatakan mereka melanjutkan operasi terhadap target pemerintah Afghanistan. (Foto: AFP / NOORULLAH SHIRZADA)

Gerilyawan Taliban menewaskan sedikitnya 20 tentara dan polisi Afghanistan dalam serangkaian serangan pada Selasa malam.

RAKYATKU.COM - Gerilyawan Taliban menewaskan sedikitnya 20 tentara dan polisi Afghanistan dalam serangkaian serangan pada Selasa malam.

AFP melaporkan bahwa pembunuhan terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden AS melakukan pembicaraan yang "sangat bagus" dengan kepala politik kelompok itu.

Gerilyawan telah meningkatkan kekerasan terhadap pasukan keamanan Afghanistan dalam beberapa hari terakhir. Mereka juga mengakhiri gencatan senjata sebagian yang diberlakukan menjelang penandatanganan perjanjian AS-Taliban di Doha pada hari Sabtu.

"Pejuang Taliban menyerang setidaknya tiga pos tentara di distrik Imam Sahib di Kunduz tadi malam, menewaskan sedikitnya 10 tentara dan empat polisi," kata Safiullah Amiri, seorang anggota dewan provinsi.

Gerilyawan juga menyerang polisi di provinsi Uruzgan tengah Selasa malam. Juru bicara gubernur Zergai Ebadi mengatakan kepada AFP: "Sayangnya, enam polisi tewas dan tujuh lainnya cedera."

Pada hari Selasa, Trump mengatakan kepada wartawan di Washington bahwa ia memiliki hubungan "sangat baik" dengan kepala politik Taliban, Mullah Baradar. Dia mengatakan itu setelah berbicara di telepon selama 35 menit.

"Hubungannya sangat baik yang saya miliki dengan Mullah. Kami memiliki percakapan yang panjang hari ini dan Anda tahu, mereka ingin menghentikan kekerasan, mereka juga ingin menghentikan kekerasan," katanya.

Trump telah menggembar-gemborkan kesepakatan Doha sebagai cara untuk mengakhiri kehadiran militer AS berdarah 18 tahun di Afghanistan.

Menurut ketentuan perjanjian itu, AS dan pasukan asing lainnya akan meninggalkan Afghanistan dalam waktu 14 bulan.

Perjanjian itu juga mencakup komitmen untuk menukar 5.000 tahanan Taliban yang ditahan oleh pemerintah Afghanistan, dengan 1.000 tawanan. Tapi Presiden Ashraf Ghani telah menolak untuk melakukannya sebelum negosiasi dimulai.