Sabtu, 29 Februari 2020 12:25

AS dan Taliban Akan Teken Perjanjian Akhiri Perang di Afghanistan

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
FOTO: Aljazeera
FOTO: Aljazeera

Satu minggu setelah perjanjian pengurangan kekerasan (RIV) yang diumumkan oleh AS dan kelompok bersenjata Taliban di Afghanistan, keduanya akan menandatangani perjanjian damai yang bisa menandakan ber

RAKYATKU.COM - Satu minggu setelah perjanjian pengurangan kekerasan (RIV) yang diumumkan oleh AS dan kelompok bersenjata Taliban di Afghanistan, keduanya akan menandatangani perjanjian damai yang bisa menandakan berakhirnya perang terpanjang AS.

Perjanjian RIV selama seminggu sebagian besar telah diadakan ketika kedua pihak bersiap untuk menandatangani kesepakatan damai pada hari Sabtu setelah hampir dua tahun negosiasi yang berlarut-larut di ibukota Qatar, Doha, dikutip dari Aljazeera, Sabtu (29/2/2020).

Setidaknya 19 pasukan keamanan dan empat warga sipil telah tewas selama periode itu yang oleh pemerintah Afghanistan dikaitkan dengan Taliban.

Penandatanganan perjanjian damai di Doha akan membuka pembicaraan intra-Afghanistan antara Taliban dan para pemangku kepentingan Afghanistan, termasuk pemerintah negara yang didukung Barat, untuk memutuskan arah masa depan negara itu.

Menyebut kesepakatan itu sebagai pra-perjanjian, para analis mengatakan tantangan nyata dalam membangun perdamaian abadi adalah pembicaraan intra-Afghanistan, yang perinciannya belum dijabarkan.

"Penting untuk dicatat bahwa perjanjian yang kemungkinan akan ditandatangani pada 29 Februari antara Taliban dan AS itu bukan perjanjian damai," Andrew Watkins, analis senior Afghanistan di International Crisis Group, mengatakan kepada Al Jazeera.

"Sebaliknya, ini adalah hasil dari fase awal dari proses perdamaian Afghanistan, yang diperlukan untuk membawa Taliban ke meja dengan pemerintah Afghanistan dan kepemimpinan politik untuk dialog substantif."

Watkins, juga menunjukkan bahwa AS dan Taliban tidak dimaksudkan untuk memetakan pertanyaan-pertanyaan kunci tentang masa depan Afghanistan. Sebaliknya, keputusan ini, Watkins menunjukkan, dimaksudkan untuk dibuat dalam negosiasi intra-Afghanistan.