Kamis, 27 Februari 2020 07:27

Kembalinya Senyum Resky Adelia Setelah Berbulan-bulan Hilang

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Kondisi Resky Adelia pada 24 September 2019 (kiri) dan 28 Oktober 2019 (kanan). (FOTO-FOTO: DOK PUSKESMAS TAROWANG)
Kondisi Resky Adelia pada 24 September 2019 (kiri) dan 28 Oktober 2019 (kanan). (FOTO-FOTO: DOK PUSKESMAS TAROWANG)

Tubuh Resky Adelia tinggal tulang-tulang diliputi kulit ketika fotonya viral di media sosial. Perhatian maksimal petugas medis membuatnya bisa tersenyum kembali.

RAKYATKU.COM - 29 Agustus 2019. Gadis kecil itu tanpa ekspresi. Tatapan matanya sayu. Tubuhnya kian kurus. Lemah nyaris tak berdaya.

Gadis berambut ikal itu baru beberapa hari tiba di Jeneponto. Tepatnya di Likusarang, Desa Allu Tarowang. Berjarak 36,4 kilometer dari Bontosunggu, ibu kota Kabupaten Jeneponto. Sekitar 114 kilometer arah selatan Kota Makassar.

Resky Adelia, nama lengkapnya. Akrab disapa Adel. Putri bungsu pasangan Hamzah dan Hariyani. Bersama kedua orang tuanya, Adel selama ini menetap di Kota Makassar. Mereka tinggal di rumah kontrakan. Hanya sesekali pulang kampung. 

Pada akhir Agustus itu, ibundanya, Hariyani menghadiri sebuah acara keluarga. Adel yang sakit-sakitan ikut diboyong pulang kampung. Kondisinya mengundang keprihatinan warga Likusarang.

Informasi itu sampai ke telinga petugas Puskesmas Allu Tarowang. Pada Minggu (29/8/2019), petugas surveillance mendatangi rumahnya. Kepada petugas, Hariyani menyebut anaknya sering mengeluh sakit perut.

"Ke puskesmas meki berobat. Adaji BPJS ta?" tanya petugas dengan logat Makassar.

"Iyye ada, tapi BPJS Makassar," jawab Hariyani.

"Oh iyye ndak apa-apa ji, ke puskesmas meki saja. Tetap ji diterima itu atau kalau mauki kasih pindah faskes (fasilitas kesehatan) ta," lanjut petugas.

"Saya masih (pakai) KK (kartu keluarga) Makassar. Mau ma lagi ke Makassar sore ini," jawab Hari, sapaan Hariyani.

Adel lahir 10 Oktober 2011 di Puskesmas Tarowang, Jeneponto. Sejak lahir, dia hanya dua kali mendapat imunisasi, BCG dan DPT 1.

Ibunya sibuk bekerja di sebuah perusahaan katering di Makassar. Pergi pagi pulang sore. Kadang sampai malam. Tidak sempat memberi air susu ibu (ASI) secara maksimal.

Pada usia lima bulan, Adel sudah diberi susu formula. Pengganti ASI. Ketika ibunya berangkat kerja, dia dititip ke tetangga. Kondisi tersebut membuat putri bungsu dari empat bersaudara itu kurang gizi.

Sakit-sakitan sejak usia tiga tahun. Tiga tahun kemudian, kondisinya kian parah. Pada kurun waktu 2017 hingga 2018, dia keluar masuk rumah sakit. Terakhir, dia divonis menderita TB oleh Rumah Sakit Labuang Baji, Makassar.

Di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan itu, Adel menjalani pengobatan selama enam bulan. Tuntas. Dia dinyatakan sembuh.

Beberapa bulan kemudian, kondisinya kembali menurun. Kembali sakit-sakitan. Sering demam. Kala itu, Adel dibawa berobat ke puskesmas terdekat dari kediamannya di Makassar.

Pada awal September 2019, Adel kembali pulang kampung. Bersama kedua orang tuanya. Mereka menghadiri syukuran khitanan keluarga, Minggu (2/9/2019).

Keesokan harinya, Senin (3/9/2019), mereka kembali ke Makassar. Adelyang sakit-sakitan kembali dibawa ke puskesmas. Bukannya membaik, kondisinya kian parah.

Tubuhnya kian lemah. Setiap ada makanan atau minuman masuk, selalu dimuntahkan. Cairan infus pun tak bisa masuk. 

Hari mengaku, petugas puskesmas saat itu menyarankan agar Adel dibawa pulang. Kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan menerima pengobatan.

"Kasihan anak ibu disuntik terus. Sementara tubuhnya sudah menolak," kata Hari menirukan petugas.

Prihatin kondisi anaknya, Hari meminta cuti dari tempat kerjanya. Pada Jumat (13/9/2019), mereka kembali membawa Adel pulang kampung. Berusaha mencari pengobatan tradisional.

Sepuluh hari berada di kampung, Adel kian lemah. Tubuhnya tambah kurus. Tampak tinggal tulang yang diliputi kulit. Tulang rusuk terlihat menonjol. Pipinya seperti tanpa daging. 

Kiriman Foto yang Menghentak

Senin malam, 24 September 2019. Smartphone Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman bergetar. Pada pukul 19.25 wita itu, dia mendapat kiriman foto. Lewat pesan WhatsApp (WA).

Foto seorang bocah dalam pangkuan ayahnya, Hamzah. Bertelanjang dada. Bocah berambut ikal itu hanya mengenakan popok. Tubuhnya tinggal tulang diliputi kulit. Tulang rusuknya menonjol.

Kala itu, Andi Sudirman sedang istirahat di rumah jabatan wakil gubernur, Jalan Yusuf Daeng Ngawing, Makassar. Adik kandung mantan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman ini tersentak.

"Alamatnya dimana?" balas Andi Sudirman kepada pengirim foto.

Setelah dijelaskan, saat itu juga, Wagub meneruskan foto dan informasi tentang Adel kepada Rusdi. Staf khusus wagub bidang pendidikan dan kesehatan. Dia ditugaskan mengecek kebenaran informasi tersebut.

Keesokan harinya, Rusdi melapor. Alamat bocah 7 tahun itu sudah diketahui. Begitu pula kondisi terakhirnya. Laporan awal menyebut, bocah itu mengalami gizi buruk.

"Saya langsung koordinasi ke internal melalui Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Provinsi (Sulsel) dan tembus ke dinas terkait di Jeneponto. Intinya semua terlibat," cerita Andi Sudirman kepada Rakyatku.com, Januari 2020.

Andi Sudirman memiliki sekitar 150 grup WA. Dimanfaatkan jadi saluran keluhan warga. Kasus-kasus seperti gizi buruk dan warga miskin langsung ditindaklanjuti. Juga bencana alam.

"Bukan takut karena jabatan, tetapi takut karena nanti di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah subhanahu wa ta'ala," tutur pria berjenggot dan bercelana cingkrang ini.

Wagub Bikin Sibuk Jajaran Dinkes 

Rabu pagi, 25 September 2019. Jajaran Dinas Kesehatan jadi sibuk. Mulai tingkat provinsi hingga jajaran terdepan, Puskesmas Tarowang, Jeneponto.

Wagub Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman meminta semua pihak terkait turun tangan. Menyelamatkan Adel. Mengerahkan seluruh kemampuan dan fasilitas yang ada.

Pada sekitar pukul 08.30 wita, tim Puskesmas Tarowang mengunjungi Adel di Likusarang. Mereka terdiri atas kepala puskesmas, dokter umum, bidan, petugas gizi, petugas TB-HIV, petugas surveillance, perawat, hingga petugas imunisasi.

Tiba di lokasi, dokter melakukan anamnesis atau wawancara dengan orang tua pasien. Juga melakukan pemeriksaan fisik.

Hasilnya, diketahui berat badan Adel menurun drastis sejak 10 hari terakhir. Tinggal empat kilogram. Jauh dari berat normal seorang bocah berusia hampir delapan tahun.

Saat diperiksa, Adel tidak mengalami demam walau tubuhnya tampak lemah. Pernapasannya juga masih normal. Tidak ada sesak. Tidak juga batuk.

Hanya mual dan muntah setiap ada makanan masuk. Karena tidak bisa makan dan minum, dia hanya sekali buang air besar dalam 10 hari terakhir.

"Pasien juga mengeluh nyeri saat buang air kecil," kata Mansyur, kepala Puskemas Tarowang.

Sementara hasil pemeriksaan fisik, menunjukkan mata yang kian cekung. Kering. Ditemukan benjolan di sudut rahang bawah sebelah kiri. Berukuran kurang lebih 6x5 sentimeter. Padat keras. Tidak dapat digerakkan.

"Kesimpulan sementara, pasien menderita malnutrisi energi protein, post pengobatan tuberkulosis paru kategori 1," tambah Mansyur dalam laporan tertulis yang diterima Rakyatku.com.

Tim Puskesmas Tarowang menyarankan agar Adel dibawa ke RSUD Lanto Daeng Pasewang, Jeneponto. Orang tua setuju. 

Adel sempat mendapat penanganan awal di Puskesmas Tarowang sebelum dirujuk. Dokter memasang cairan infus. Selanjutnya dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans Puskesmas Tarowang.

Pada saat yang sama, petugas Puskesmas Tarowang berkoordinasi Unit Gawat Darurat RSUD Lanto Daeng Pasewang via telepon.

Dua pekan Adel mendapat perawatan intensif di rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Jeneponto itu. 

Berhari-hari di rumah sakit, orang tua Adel sempat tak betah. Beberapa kali dia meminta pulang. Berharap diizinkan berobat jalan. Namun, rumah sakit menolak.

Pada 28 September 2019, petugas Puskesmas Tarowang mengunjungi Adel di rumah sakit. Memberikan dukungan moral. Sekaligus memotivasi orang tuanya agar bersabar menjalani perawatan.

Dua hari berikutnya, petugas kembali berkunjung. Kali ini membawa oleh-oleh. Makanan tambahan berupa biskuit.

Rayakan Ulang Tahun di Rumah Sakit

Kamis, 10 Oktober 2019. Kamar perawatan anak RSUD Lanto Daeng Pasewang berhias balon warna warni. Menempel di dinding. Mengapit sebuah balon angka 9 berwarna keemasan.

Berdasarkan data kelahiran, Adel genap berusia delapan tahun. Entah karena balon angka 8 habis di pasaran atau petugas sengaja memasang angka 9. Artinya, Adel kini menuju usia sembilan tahun.

Pada hari ulang tahunnya, Adel mengenakan kaus merah. Topi kerucut warna perak bertengger di kepalanya. Talinya dikaitkan ke dagu. Masih tanpa ekspresi. Dia menatap kamera tanpa senyum.

Di depannya, di atas ranjang perawatan, petugas menyodorkan kue tar. Juga donat aneka topping berwarna warni. Bocah itu duduk membelakangi setumpuk kado dari Puskesmas Tarowang, RSUD, dan pihak lainnya.

Petugas Puskesmas Tarowang sekaligus datang menjemput Adel. Kamis itu, tepat 14 hari dia menjalani perawatan di rumah sakit. Tubuhnya lebih berisi. Pipinya sudah mulai normal.

Setelah pulang ke rumah, kondisi Adel dipantau secara rutin petugas Puskesmas Tarowang. Mereka berkunjung pada 15 Oktober 2019. Melakukan pemeriksaan sekaligus pemberian paket susu.

Sepekan kemudian, petugas datang lagi. Kembali memberikan paket susu. Pemerintah Desa Allu Tarowang juga memberikan bantuan dana.

Senin, 28 Oktober 2019, Adel sudah bisa tersenyum kembali. Keceriaan yang sempat hilang selama berbulan-bulan. Dia kembali ke Makassar dengan tubuh lebih berisi. 

19 Tahun Hidup di Kolong Rumah

Rabu, 22 Januari 2020. Penulis berkunjung ke rumah orang tua Adel di Makassar. Mereka tinggal di kolong rumah. Berada di Jalan Bontoduri 7 Lorong 2. Masuk melalui Jalan Sultan Alauddin.

Di Jalan Bontoduri 7, beberapa perempuan sedang ngerumpi. "Permisi Bu, lihat rumah Adel?" tanya penulis.

Rupanya bocah itu cukup terkenal. Mereka langsung menunjuk sebuah gang atau lorong kecil. Pada sebuah bangku di pinggir gang yang sempit, dua perempuan tengah berbincang. Salah satunya Hariyani. 

Dia sedang memarut kelapa sambil mengobrol dengan tetangganya. Di dekatnya ada Adel. Mengenakan kaus berwarna pink bergambar frozen. Dia tersenyum. Kedua lututnya diplester.

Hariyani menunjuk rumahnya. Berpagar hitam. Rumah berlantai dua. Bagian atas berbahan kayu ditinggali pemiliknya, Daeng Nurung. Keluarga Adelia tinggal di kolong. Berlantai semen yang dialasi tikar plastik hijau bermotif ketupat.

Kolong rumah itu disewa orang tua Adel Rp3,5 juta per tahun. Sejak 2001. Persis bersebelahan dengan kandang ayam. Di samping pintu masuk terdapat sumur.

Jangankan sofa, ruang tamu pun tidak ada. Semuanya menyatu dalam satu ruangan. Untuk makan, tidur, menonton, dan menerima tamu.

Dalam ruangan yang sempit itu, berjejer sejumlah perabotan. Lemari plastik hijau. Lemari kayu yang di atasnya ditaruh televisi dan speaker. Juga ada meja plastik.

"Di sini ji tidur. Biasa dialaskan sarung ji," ujar Hariyani menunjuk tikar plastik hijau bermotif ketupat itu.

Di salah satu sudut ruangan, tergantung sebuah tas. Bergambar hello kitty. Didominasi warna pink. Sudah koyak.
 
"Itu tas sekolahnya. Adel sudah lulus TK jadi baru saya daftarkan sekolah SD kelas satu, tapi beberapa hari ini tidak ke sekolah. Biasa demam dan sesak napas kalau malam. Beberapa kali muntah. Jadi (pihak) sekolah minta agar di rumah dulu (istirahat)," tutur Hariyani.

Bocah itu rindu untuk bersekolah. Iri melihat teman-teman di sekitar rumahnya. Dia juga meminta dibelikan tas baru.

"Tasnya itu sudah rusak kasihan. Semangat sekali mau ke sekolah, tapi disuruh istirahat dulu. Selalu saya janjikan, kalau sembuh, nanti saya belikan tas untuk ke sekolah," lanjutnya.

Saat ibunya berbincang, Adel asyik ngemil kue cokelat bentuk segitiga. Dia terus mengumbar senyum.

Saat ditanya keinginannya sekolah, "Iya, mau sekolah. Kalau besar mau jadi polisi."

Dia bungsu dari empat bersaudara. Kakak sulung sudah berkeluarga. Sementara dua kakaknya yang lain kini duduk di bangku SMP dan SMA.

Ayahnya bekerja sebagai tukang batu. Sebelumnya, pernah bekerja sebagai tukang becak. Ibunya bekerja di sebuah perusahaan katering. Tak jauh dari tempat tinggalnya.

Kini berat badan Adel sudah 12 kilogram. Walau sudah di Makassar, petugas Puskesmas Tarowang masih sering menelepon. Menanyakan perkembangan kesehatannya.

"Rencana mau dibawa ke Jeneponto lagi untuk kontrol, tapi masih terkendala biaya (ke Jeneponto)," ujar Hariyani.

Kasur Pegas Pertama

Sabtu siang (25/1/2020), dua pria berkunjung ke rumah Adel. Usai salat zuhur sekitar pukul 12.40 wita. Mereka M Rusdi dan M Rani Faturrahman. Utusan Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.

Mereka tak bisa langsung masuk. Rumah sedang kosong. Hariyani sedang di tempat kerja. Bersama Adel. Saat ditelepon, Hari dan Adel bergegas pulang. Berjalan kaki.

Hari yang mengenakan kaus kuning berjalan kaki sambil menggendong putrinya. Adel mengenakan baju bermotif loreng. Kepalanya ditutupi sarung. Pelindung dari sengatan matahari. 

Saat pintu rumah dibuka, utusan Wagub Sulsel menurunkan barang-barang bantuan. Salah satunya kasur pegas. Masih terbungkus plastik. Plus dua bantal kepala dan satu bantal guling.

Begitu disimpan di lantai rumah, Adel meloncat ke atas kasur. Dia berbaring mengetes kasur pegas pertamanya itu. Dia sambil memegang seprai baru bergambar hello kitty. Juga masih tersegel.

"Terima kasih banyak Pak atas bantuannya," kata Hariyani kepada kedua utusan itu.

Selain kasur, kedua utusan itu juga membawa dua rak telur, dua dos susu bubuk, satu karung beras, dan uang tunai.

Kalau saja anak-anak yang senasib dengan Adel mendapat perlakuan serupa. (*)