Jumat, 21 Februari 2020 08:00

Warga Australia Ogah Punya Anak Lagi karena Biaya Penitipan Anak Mahal

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Foto: ABC News.
Foto: ABC News.

Beberapa ibu di Australia ogah memiliki anak kedua dengan alasann biaya layanan penitipan anak yang makin mahal.

RAKYATKU.COM - Beberapa ibu di Australia ogah memiliki anak kedua dengan alasann biaya layanan penitipan anak yang makin mahal.

Mulai 1970-an, layanan penitipan anak awalnya diciptakan Pemerintah Australia untuk meringankan beban para ibu yang bekerja.

Namun, kini jasa penitipan anak justru menjadi bahan keluhan para ibu yang bekerja di luar rumah, karena harganya yang terus meningkat.

"Saya tidak mau punya anak lagi, karena saya tahu kami pasti sudah tidak bisa lagi membayar biaya penitipannya," kata Lina Gyle, seorang ibu di Melbourne.

"Beberapa perempuan yang punya dua anak bahkan harus berhenti kerja sampai lima atau enam tahun karena memang biayanya sulit dipenuhi."

Lina yang bekerja sebagai manajer perusahaan senior di bank Australia paham soal pengelolaan uang, sehingga menurutnya pengeluaran untuk biaya penitipan anak luar biasa besar.

Menteri Pendidikan Australia, Dan Tehan, mengatakan pemerintah sudah mengeluarkan biaya lebih banyak ke sektor penitipan anak.

"Lebih dari 70 persen orang tua sudah membayar AU$5, sekitar Rp46.000, lebih murah per jamnya," katanya.

"Tapi saya masih berusaha agar beban biaya bisa makin ringan lagi bagi orang tua."

Walau dana jutaan dolar sudah disalurkan, profesi di bidang ini masih menjadi salah satu pekerjaan dengan gaji terendah di Australia.

Rebecca Stiles, Direktur Hillbank Community Children Centre di Australia Selatan, sudah sejak lama mengampanyekan kenaikan gaji karyawan.

"Tenaga pengajar bisa hanya mendapatkan gaji AU$20, sekitar Rp184 ribu, per jam yang sesungguhnya tidak pantas bila dibandingkan dengan kualifikasi mereka."

Jumlah tersebut mendekati gaji minimum karyawan di Australia yang per jamnya adalah AU$19,49 atau sekitar Rp179 ribu.

Sumber: ABC Indonesia