RAKYATKU.COM - Lebih dari 6.000 mayat dari para korban perang saudara telah ditemukan di Burundi. Mayat-mayat itu ditemukan di enam kuburan massal di Provinsi Karusi.
Itu menjadi temuan terbesar sejak pemerintah meluncurkan penggalian nasional pada Januari, dikutip dari Mirror Online, Selasa (18/2/2020).
Pierre Claver Ndayicariye, ketua komisi kebenaran dan rekonsiliasi negara itu mengatakan kepada wartawan bahwa jasad 6.033 korban dan ribuan peluru ditemukan.
Pakaian, kacamata dan rosario digunakan untuk mengidentifikasi beberapa korban, menurut New York Times .
Burundi telah diguncang oleh masa lalu yang penuh kekerasan dan terdiri dari orang-orang dari kelompok etnis Hutu dan Tutsi.
Perang saudara dimulai pada 1993 dan berlangsung hingga 2005, ketika kesepakatan damai yang macet akhirnya dilaksanakan. Diperkirakan 300.000 orang tewas selama kekerasan.
Pembunuhan massal terjadi pada tahun 1965, 1969, 1972, 1988 dan 1993.
Ndayicariye mengatakan keluarga para korban mampu "memecah keheningan" yang diberlakukan 48 tahun lalu.
Komisi yang dikelola pemerintah didirikan pada tahun 2014 dan sejauh ini telah memetakan lebih dari 4.000 kuburan massal di seluruh negeri dan mengidentifikasi lebih dari 142.000 korban kekerasan.
Salah satu kuburan yang ditemukan pada bulan Januari adalah sisa-sisa 270 orang.
Komisi menjaga sisa-sisa penguburan bersama dengan senjata.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia dapat meningkat lagi sebelum pemilihan pada bulan Mei 2020.
Ratusan warga Burundi telah terbunuh sejak bentrokan dengan pasukan keamanan sejak 2015, ketika Nkurunziza mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.