Kamis, 06 Februari 2020 03:30

Pertama Kalinya, Muslim Slovenia Miliki Masjid setelah Setengah Abad

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Foto: Alternative Africa
Foto: Alternative Africa

Masjid pertama di Slovenia akhirnya dibuka di ibu kota Ljubljana pada Senin (3/2/2020) usai setelah mengatasi masalah keuangan dan perlawanan

RAKYATKU.COM - Masjid pertama di Slovenia akhirnya dibuka di ibu kota Ljubljana pada Senin (3/2/2020) usai setelah mengatasi masalah keuangan dan perlawanan terhadap oposisi sayap kanan. 

Masjid Ljubljana akhirnya dibangun setelah 50 tahun alias setengah abad lamanya dari permintaan awal pembangunan.

Kepala Komunitas Islam, Mufti Nedzad Grabus, berujar pembukaan Masjid Ljubljana adalah titik balik bagi kehidupan muslim di nagara itu.

"Slovenia adalah bekas negara Yugoslavia terakhir yang mendapatkan masjid, menjadikan Ljubljana sebagai ibu kota daripada kota provinsi di ujung dunia," kata Mufti Nedzad Grabus dilansir Arab News, Rabu (5/2/2020).

Masyarakat muslim di negara Alpen yang mayoritas Katolik itu pertama kali mengajukan permintaan untuk membangun masjid pada akhir 1960-an. Saat itu Slovenia masih menjadi bagian dari bekas Komunis Yugoslavia.

Masyarakat di sana akhirnya memperoleh perizinan pada 15 tahun yang lalu. Namun, perizinan itu tetap mendapat tentangan dari politikus dan kelompok sayap kanan serta masalah keuangan.

Terletak di kawasan semi industri Ljubljana, Masjid Ljubljana dapat menampung hingga 1.400 orang. Masjid Ljubljana menjadi inti dari Islamic Cultural Center.

Di kompleks masjid ini juga terdapat kantor-kantor komunitas, pusat pendidikan yang mencakup perpustakaan, restoran, lapangan basket, perumahan bagi para ulama hingga menara dengan tinggi 40 meter.

Masjid Ljubljana dibangun sejak 2013 lalu. Pembangunan masjid juga mendapatkan donasi dari Qatar.

Semua bangunan terbuat dari beton putih yang dipadukan dengan baja, kaca, dan kayu. Sebuah kubah besar dari tekstil biru mendominasi bagian dalam masjid, ini merujuk ke surga, dan mengingatkan pada masjid-masjid terkenal seperti Blue Mosque di Istanbul.

“Kami ingin menghubungkan nilai arsitektur Islam tradisional dengan arsitektur kontemporer,” kata arsitek masjid tersebut Matej Beyk.

Beyk menambahkan, bagian depan menggunakan kaca memiliki maksud untuk menunjukkan transparansi dan keterbukaan.

Sampai sekarang, umat Islam sering salat dan mengadakan upacara di gedung olahraga atau gedung sewaan.

Menurut sensus pada 2002, dengan jumlah 2,5 persen dari dua juta orang yang berada di negara tersebut, memungkinkan Islam menjadi kelompok agama terbesar kedua.

Mufti Nedzad Grabus memperkirakan ada sekitar 80.000 muslim saat ini. Jumlah yang cukup lumayan.

Azra Lekovic, seorang muslim Slovenia berusia 40-an mengatakan, masjid sebagai bagian penting hidup seorang muslim. Anak-anaknya jauh dari pendidikan agama selama bertahun-tahun.

“Saya berharap itu akan memungkinkan anak-anak saya untuk berhubungan lagi dengan Islam, bertemu orang-orang progresif, dan menemukan teman-teman yang seagama,” kata Lekovic.