Minggu, 02 Februari 2020 09:58

Dikelola Anak Muda, Masjid 'Kurir Langit' Barru Jadi Rujukan Nasional

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Workshop nasional 'Manajemen Masjid' yang diselenggarakan di Kota Serang, Banten oleh BMI dan Muslim Centre Attaubah.
Workshop nasional 'Manajemen Masjid' yang diselenggarakan di Kota Serang, Banten oleh BMI dan Muslim Centre Attaubah.

Jika di Yogyakarta ada Masjid fenomenal bernama 'Jogokariyan', kini di Sulawesi Selatan khususnya, di Kabupaten Barru ada Masjid modern 'Kurir Langit'.

RAKYATKU.COM, BARRU - Selama satu dekade terakhir, pengelolaan masjid di Indonesia mulai bergairah. Hal itu merujuk pada banyaknya masjid yang dikelola dengan baik dan penuh manfaat.

Jika di Yogyakarta ada Masjid fenomenal bernama 'Jogokariyan', kini di Sulawesi Selatan khususnya, di Kabupaten Barru ada Masjid modern 'Kurir Langit'.

Masjid itu dibangun dari nol rupiah dan nol meter oleh anak-anak muda di bawah umur 30 tahun. Bahkan dibangun tanpa proposal. Kini, masjid tersebut menjelma jadi masjid multimanfaat.

Masjid Kurir Langit punya banyak program dan pelayanan kepada jemaah dan umat. Bahkan bukan hanya warga sekitar masjid, tetapi juga lintas daerah maupun provinsi.

Sabtu (1/2/2020), Masjid Kurir Langit dan Masjid Jogokariyan didaulat mewakili kawasan timur dan barat Indonesia menjadi rujukan nasional.

Manajemen tata kelolanya dibedah melalui workshop nasional 'Manajemen Masjid' yang diselenggarakan di Kota Serang, Banten oleh BMI dan Muslim Centre Attaubah. Kegiatan itu dihadiri banyak DKM dari berbagai kota lintas provinsi.

Masjid Jagokariyan diwakili Dewan Syuronya, Ustaz Muhammad Jazir. Sementara masjid modern Kurir Langit diwakili Presiden Syahid Fii Sabilillah. Keduanya menjadi narasumber untuk memacu optimasi pengelolaan pengirim masjid-masjid yang hadir.

“Masjid adalah sentra pelayanan keumatan, masjid harus memaksimalkan infak jemaah kembali dimanfaatkan untuk kemakmuran jemaah, bukan diendapkan bahka jika perlu diproduktifkan agar masjid tidak bergantung pada kotak amal,” ungkap Ustaz Jazir

Jogokariyan juga menguatkan data. Pendataan yang dilakukan terhadap jemaah mencakup potensi, kebutuhan, peluang, tantangan, kekuatan, dan kelemahan.

Terdapat pula sensus masjid yang dilakukan setahun sekali guna menghasilkan data base dan peta dakwah komprehensif.

Tak hanya data berupa Kartu Keluarga (KK), asal usul warga, dan pendidikan, tetapi juga siapa saja yang salat dan yang belum, yang berjemaah di masjid dan yang tidak, yang sudah berkurban dan berzakat, juga yang aktif mengikuti kegiatan masjid.

Hal senada juga diungkapkan oleh Presiden Masjid Kurir Langit yang mendorong masjid menjadi pusat peradaban.

“Masjid harus punya program pendidikan dan pembinaan umat, pemberdayaan ekonomi, pelayanan kesehatan. Paling penting masjid hadir melayani kebutuhan kaum duafa, fakir miskin, anak yatim dan penghafal Quran," tutur Syahid.

"Maka di masjid kita ada beasiswa untuk ratusan anak, ada ambulans dua unit, ada bantuan bencana, bantuan rumah, biaya kesehatan, suplai logistik untuk ribuan santri di Sulawesi dan Papua," sambungnya.

Kegiatan tersebut tampak menginspirasi banyak aktivis masjid. Hal itu diharapakan bisa menularkan program yang membuat makin banyak masjid yang hidup dan makmur, bukan hanya tempat salat, tetapi menjadi basis keumatan dan kemajuan bangsa. 

“Alhamdulillah peserta sangat antusias dan terinspirasi, bahkan ada beberapa yang siap bersinergi kedepan untuk memikirkan agenda-agenda keumatan dalam kapasitas yang lebih besar," ungkap penanggung jawab kegiatan, Irfan Herdiansyah juga selaku Manajer BMI Banten.