RAKYATKU.COM - Gibah atau gosip adalah ketika seseorang mengisahkan temannya tentang suatu yang tidak dia sukai. Juga bisa disebut menggunjing.
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, diceritakan suatu ketika Rasulullah saw pernah bertanya kepada para sahabat:
“Apakah kalian tahu apa itu gibah?”
Para sahabat menjawab:
“Allah dan Rasulnya yang lebih tahu”
Kemudian Nabi menjawab:
”Gibah adalah ketika kamu mengisahkan teman kamu tentang suatu yang tidak dia sukai. Lalu ada yang tanya kepada Nabi:
“Bagaimana kalau yang saya katakan itu memang sesuai faktanya, Ya Rasul?”
“Ya kalau memang yang kamu katakan itu fakta, berarti kamu menggujingnya. Namun, jika yang kamu bicarakan tidak sesuai fakta, maka kamu membuat kedustaan terhadap dirinya” (HR Muslim).
Saat ini, dengan fasilitas yang paling praktis untuk melakukan gosip atau menceritakan orang lain cukup banyak, mulai dari media sosial (medsos) berupa WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, dan lain sebagainya.
Peluang untuk mengungkapkan isi hati atau menceritakan kekurangan orang lain menganga besar.
Pergunjingan kini tak hanya berupa pembicaraan secara lisan melainkan pula bisa berupa tulisan atau konten lainnya.
Lalu dalam bermedsos, di antara umat muslim banyak pula yang menjadi silent reader atau pembaca pasif atau hanya penyimak saja.
Tidak pernah menuliskan status di Facebook, tidak pernah berkomentar di WA Grup, namun aktif membaca ke sana kemari. Menjadi silent reader pun tak lantas terbebas dari jeratan gibah.
Lalu bagaimana hukum penyimak di grup gosip atau grup penggibah tersebut?
Sebagai silent reader, umat muslim juga harus berhati-hati dalam memilih berteman, mem-follow atau men-subscribe siapa?
Karena apabila salah memilih teman, berada pada grup yang keliru, men-subscribe orang-orang yang gemar menggunjing pihak lain, maka kita akan dengan mudah menjadi otomatis membaca berita gunjingan mereka.
Imam Nawawi dalam kitabnya Hilyatul Anwar wa Syi’arul Abrar mengatakan:
Menyimak suatu gunjingan dan membiarkannya itu sama haramnya dengan menggunjing itu sendiri. Bagi penyimak jika mempunyai kemampuan harus mencegah, memberikan nasihat kepada pembuat konten. Minimal, jika tidak mampu manangkal, hatinya harus inkar dan meninggalkan majelis tersebut.
Dalam konteks medsos, apabila ada unggahan yang arahnya membicarakan keburukan orang lain, segera pindah ke konten lain yang lebih bermanfaat. Jangan justru gunjingan tersebut dibaca sampai selesai.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS Al-Hujurat: 12).
Dalam suaru hadiss, Nabi bersabda: Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya akan tetapi iman belum masuk kedalam hatinya, janganlah kalian menggibahi kaum muslimin, dan janganlah pula mencai-cari aib mereka, sesungguhnya barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama Muslim maka Allah akan mencari-cari kesalahannya, dan barangsiapa yang Allah mencari-cari kesalahannya maka Allah akan mempermalukannya meskipun ia berada di dalam rumahnya". (HR Abu Dawud).
Sumber: Okezone.com