Senin, 27 Januari 2020 14:49

Obat HIV/AIDS Bisa Tangkal Virus Corona?

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi virus Corona.
Ilustrasi virus Corona.

Produsen obat AbbVie mengatakan China tengah menguji obat HIV/AIDS sebagai pengobatan sementara gejala virus Corona.

RAKYATKU.COM - Produsen obat AbbVie mengatakan China tengah menguji obat HIV/AIDS sebagai pengobatan sementara gejala virus Corona.

Dikutip Reuters, Senin (27/1/2020), otoritas kesehatan China meminta obat itu untuk membantu upaya pemerintah mengatasi krisis, menurut Adelle Infante, juru bicara AbbVie yang berbasis di Chicago Utara, Illinois. 

Aluvia, yang juga dikenal sebagai Kaletra, adalah kombinasi lopinavir dan ritonavir. Dalam panduannya, pemerintah mengatakan tidak ada obat anti-virus yang efektif, tetapi menyarankan untuk menggunakan dua pil lopinavir/ritonavir dan menghirup satu dosis interferon alfa-nebulisasi dua kali sehari.

Strain baru telah ditemukan setidaknya 70 persen serupa dalam urutan genom pada 2000 yang dikenal sebagai SARS-CoV, virus hewan yang diyakini berasal dari kelelawar, yang pertama kali menginfeksi manusia di provinsi Guangdong di Cina selatan pada tahun 2000-2002. Demikian dikutip Express.co.uk.

Dua tahun setelah penularan, penelitian besar diajukan yang menyatakan PI, suatu kelas obat antivirus yang digunakan untuk mengobati HIV/AIDS, dapat digunakan untuk mengobati SARS.

Penelitian itu mengungkapkan salah satu obat yang dikenal sebagai nelfinavir "sangat menghambat hubungan virus corona SARS", yang mengarah pada penurunan racun dalam sel yang sudah terinfeksi.

WHO meminta tinjauan sistematis dan ringkasan komprehensif dari perawatan protease inhibitor yang digunakan untuk pasien yang terinfeksi SARS untuk memandu pengobatan di masa depan dan mengidentifikasi prioritas untuk penelitian.

Pada tahun yang sama, para ilmuwan menemukan keberhasilan dalam menggunakan protease inhibitor lain termasuk lopinavir, ritonavir, dan ribavirin pada 41 pasien yang terinfeksi SARS, jenis penyakit yang sama ditemukan dalam wabah baru virus Corona.

Studi itu menemukan ketiga perawatan menghasilkan hasil negatif "jauh lebih rendah", dengan 2,4 persen memiliki hasil klinis yang buruk dibandingkan dengan 28,8 persen tanpa menggunakan obat tersebut.

Michael Mina, seorang ahli epidemiologi di Harvard School of Public Health, mengungkapkan para ahli di Galveston menggunakan protease inhibitor 'yang agak berhasil' untuk mengatasi coronavirus.

Sumber: Reuters, Express