Kamis, 23 Januari 2020 20:58

Siswa SMP di Makassar Diculik, Kelompok Bertopeng Minta Uang Tebusan Rp50 Juta

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Metty, tante korban.
Metty, tante korban.

Enam orang laki-laki, memakai tutup kepala dengan cepat mendekatinya. Anak kedua dari dua bersaudara ini, langsung diangkat naik ke atas mobil.

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Jarum jam menunjukkan pukul 18.00 Wita, Minggu (19/1/2020). VGL (14) tiba di depan lorong masuk rumahnya di Kelurahan Tidung, Kota Makassar.

Remaja 14 tahun, yang baru duduk di bangku kelas III SMP di Makassar tersebut, diantar oleh tantenya, dari Antang. VGL minta diturunkan di depan lorong. 

Dia ingin jalan-jalan masuk sampai di rumahnya. Tantenya telah pergi, dia tidak menyangka dari arah belakang sebuah mobil tiba-tiba berhenti di sampingnya.

Enam orang laki-laki, memakai tutup kepala dengan cepat mendekatinya. Anak kedua dari dua bersaudara ini, langsung diangkat naik ke atas mobil. Dia tidak berdaya, tidak sempat meminta tolong. 

Pintu mobil telah tertutup rapat. Dia berusaha meronta-ronta di atas mobil. Sebuah, jarum suntik menusuk lengannya. Berselang beberapa menit kemudian, penglihatannya kabur.

Dia tidak sadarkan diri, dia baru sadar setelah sampai di sebuah rumah kosong, di Kabupaten Gowa, dekat Kampus UIN Alauddin. Di rumah itu, remaja perempuan itu disekap. 

Tangan dan kakinya diikat, dia tak berdaya lagi. Dia hanya bisa duduk di atas kursi dengan tangan dan kaki terikat enam orang laki-laki berada di depannya. 

Salah satu laki-laki yang ada di depannya meminta nomor orang tuanya. "Dia diminta nomor telepon tapi dia tidak mau, dia bilang saya tidak tahu nomor telpon orang tua saya," kata tante korban, Metty, saat ditemui di rumahnya, Kamis (23/1/2020).

Pelaku meminta nomor telepon orang tua korban. Pelaku menggertak korban akan meminta uang tebusan sebanyak Rp50 juta. Korban hanya bisa menangis. "Orang tua saya tidak punya apa-apa, saya tidak tahu nomor teleponnya," kata Metty meniru korban. 

Selama tiga hari korban disekap, dia tidak diberi minum maupun makanan. Dia kelaparan. Selasa subuh, korban melihat pelaku tidak ada di dekatnya. Dia lantas berusaha melepaskan ikatan di tangannya. 

Berhasil, tangannya terlepas, dengan hati-hati dia mencoba membuka ikatan di kakinya. VGL akhirnya terlepas, pelaku tidak sadar kalau korban bebas. 

Dia melihat sebuah jendela tidak tertutup, tidak ada lagi rasa takut ketinggian di dalam dirinya. Dengan tidak rasa ragu, dia akhirnya loncat lewat jendela. Lalu melarikan diri ke arah jalan poros. 

Di jalan poros dia bertemu seseorang, lalu minta tolong. "Orang itu tolong dia dan bawa ke gereja, setelah itu dia akhirnya berhasil ditemukan. Kami juga sudah lapor di polisi waktu belum ditemukan," tutupnya.