RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Keluarga jenazah sudah ikhlas atas kepergian Muhammad Al Fatah. Al Fatah adalah ABK, asal Enrekang, Sulsel, yang jenazahnya dibuang di tengah laut.
Sepupu almarhum Al Fatah, Khairil mengakui, sebenarnya pihak keluarga, masih berharap bisa melihat jenazahnya. Meskipun, hal itu sudah tidak mungkin lagi.
Pihak keluarga kata Khairil, terakhir berkomunikasi dengan Al Fatah setahun yang lalu.
"Waktu masih di Hong Kong, pas di bandara menuju Korea dia sempat nelepon, dan setelah itu tidak pernah ada kabar lagi," katanya, Senin (20/1/2020).
Jasad ABK Longxing 629 itu, dibuang di laut Samudera Pasifik, di Negara Samoa.
Dirjen Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri, sudah mengirimkan surat kepada Kantor Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Makassar, berupa pemberitahuan pembuangan jenazah Al Fatah.
Rakyatku.com menyampaikan maksud kedatangan untuk mencari tahu kebenaran informasi, terkait jenazah ABK asal Enrekang, Sulsel dibuang ke laut yang telah viral di medan sosial (Medsos).
Namun, Kepala Seksi Perlindungan BP3TKI Makassar Rini tidak sedang berada di tempat. Staf pelayan hanya memberikan nomor kontak.
Rakyatku.com menghubungi nomor kontak Rini. Tersambung. Namun tidak diangkat. Hanya pesan singkat via WhatsApp yang dibalas.
Dalam pesannya, Rini mengatakan kebenaran surat dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang ditujukan kepada BP3TKI Makassar.
"Surat baru diterima lewat WhatssApp jadi masih menunggu konfirmasi dari orang Kemenlu," kata Rini melalui pesan singkat, Senin (20/1/2020).
Pihak BP3TKI Makassar belum mengambil tindakan, sebelum diarahkan Kemenlu. Pihaknya masih intens komunikasi dengan pihak Kemenlu. "Info yang kami punya sebatas yang ada di surat itu, Pak," lanjutnya.
Dalam surat dari Kemenlu, tertanggal 16 Januari 2020 yang ditujukan kepada BP3TKI Makassar. Perihal menyampaikan kasus pembuangan jenazah ABK WNI ke laut lepas dan kasus lainnya di kapal long xing 629.
Ada lima poin dalam isi surat tersebut. Salah satu poinnya, yang menyampaikan ada dua WNI yang bekerja di kapal tersebut dilaporkan telah meninggal dunia di atas kapal.
Jenazah telah dibuang oleh kapten kapal ke laut lepas karena khawatir adanya penyakit berbahaya yang dapat menular ke kru lainnya. Salah satu dari kedua jenazah tersebut adalah Muhammad Alfatah yang keluarganya di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.