Jumat, 10 Januari 2020 01:00

Inilah Orang Kaya Dunia Dibalik Drone Amerika Pembunuh Jenderal Iran Soleimani

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Foto: Neal Blue, Chairman & CEO General Atomics (Dok. General Atomics)
Foto: Neal Blue, Chairman & CEO General Atomics (Dok. General Atomics)

Drone atau pesawat tanpa awak) MQ-9 Reaper, yang menembakkan setidaknya dua misil Hellfire ke rombongan kendaraan, yang menewaskan petinggi militer Iran Jenderal Qasem Soleimani.

RAKYATKU.COM - Drone atau pesawat tanpa awak) MQ-9 Reaper, yang menembakkan setidaknya dua misil Hellfire ke rombongan kendaraan, yang menewaskan petinggi militer Iran Jenderal Qasem Soleimani.

Akibatnya, hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Iran, kembali memanas.

Richard Whittle, penulis buku Predator: The Secret Origins of the Drone Revolution, menulis drone "bisa dibilang adalah teknologi militer baru yang paling penting sejak era rudal balistik antarbenua bersenjata nuklir."


MQ-9 Reaper sendiri merupakan salah satu senjata paling penting di gudang senjata AS. Drone ini memiliki bobot 2,5 ton dengan daya jelajah 1.200 mil dan dijual US$16 juta atau setara Rp 224 miliar (asumsi US$1 = Rp 14.000).

Drone ini diproduksi oleh General Atomics, perusahaan produsen senjata yang berbasis di San Diego. Di belakang perusahaan ini ada Neal Blue sebagai chairman dan pemilik 80% saham perusahaan. Ia disebut sebagai bapak de facto revolusi drone. Sebanyak 20% lagi saham dimiliki adiknya Linden Blue.

Dalam daftar orang terkaya di dunia versi Forbes, Neal Blue berada di peringkat 179 dengan kekayaan US$4,1 miliar (Rp 57,4 triliun).

Diansir CNBC Indonesia dari Forbes, Kamis (9/1/2020), General Atomics pertama kali memperkenalkan drone predator 25 tahun lalu. Drone ini digunakan memata-matai pasukan Serbia oleh pemerintahan Presiden Bill Clinton. 

Drone predator ini juga menjadi salah satu senjata pertama AS di Afghanistan setelah kejadian terorisme 9/11 yang dilakukan Al-Qaeda.

General Atomics tidak menanggapi permintaan wawancara Forbes yang membahas soal penjualan drone kepada militer AS dan pemerintah lain di seluruh dunia. General Atomics juga enggan mengonfirmasi kebenaran informasi tentang pendapatan US$2,1 miliar per tahun dari bisnis drone militer.