Rabu, 08 Januari 2020 21:42

Danny Ceritakan Sombere, Tak Terasa Diskusi dengan Menkominfo Singapura Berlangsung 2 Jam

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Danny Pomanto berbincang dengan Menkominfo Singapura, Dr Janil Puthucheary, Rabu (8/1/2020).
Danny Pomanto berbincang dengan Menkominfo Singapura, Dr Janil Puthucheary, Rabu (8/1/2020).

Dinding di belakang televisi dalam ruangan ini mirip rumah sederhana di kampung. Seperti papan yang disusun seadanya.

RAKYATKU.COM - Dinding di belakang televisi dalam ruangan ini mirip rumah sederhana di kampung. Seperti papan yang disusun seadanya.

Sedikit mengecoh. Menyandingkan arsitektur tradisional dan modern. Ini adalah salah satu ruangan di Grand Hyatt Hotel, Singapura.

Menteri Komunikasi dan Informatika Singapura, Dr Janil Puthucheary menerima Wali Kota Makassar periode 2014-2019, Moh Ramdhan Pomanto.

Keduanya saling bertukar informasi dan pengalaman masing-masing sebagai pemimpin publik. Tak terasa pertemuan berlangsung kurang lebih dua jam. Diselingi makan siang bersama.

Janil banyak mengulas terkait rugulasi informasi. Termasuk penyebaran hoax atau berita palsu. 

Menurut salah satu menteri senior berpengaruh di Negeri Singa tersebut, berita palsu di media akan disanksi pemerintah jika media sumber tidak meminta maaf setelah berita yang benar dibuat. 

Selanjutnya, media bersangkutan juga masih memiliki kewajiban menerbitkan berita yang sebenarnya.

“Kalau tidak, dan berita palsu itu menyangkut masalah negara, dan isu-isu sensitif seperti gempa bumi, bencana alam, maka langsung diberi teguran keras,” kata Janil.

Mereka juga membahas transportasi publik, smart city, dan smart nation.

Danny juga menjelaskan konsep Sombere and Smart City yang pernah diterapkan saat menjadi wali kota Makassar. Danil sangat tertarik. Terutama saat Danny mulai menjelaskan makna “sombere”.

"Berbicara Smart City artinya berbicara tentang hardware and software. Tetapi sombere adalah heartware. Begitulah metode pendekatan kami menyentuh hati masyarakat. Karena jika tidak, maka masyarakat akan menganggap teknologi itu sebagai sesuatu yang mengerikan," jelasnya.

Tetapi dengan metode "sentuh hati" (sombere), kata Danny, penerimaan masyarakat akan lebih baik sehingga smart city bisa dijalankan di sebuah kota dengan baik.