RAKYATKU.COM - Suatu hari di sebuah hotel mewah. Acara ulang tahun seorang anak perempuan digelar. Semua dikemas eksklusif.
Orang-orang tidak heran. Orang tua anak yang sedang ulang tahun itu, bukan orang biasa. Dia Duncan Hunter. Anggota DPR Amerika Serikat dari Partai Republik.
Tidak hanya itu, Hunter juga mendanai acara sosial dengan teman-teman di sebuah bistro Prancis di Washington DC.
Hunter juga disebut sempat mentraktir pelobi dan pembantu kongres dengan layanan seks. Membayar pekerja seks komersial (PSK) untuk mereka.
Semua baru terbongkar berbulan-bulan kemudian. Uang yang dipakai pesta mewah hingga "gratifikasi seks" itu ternyata dana kampanye Partai Republik. Hunter menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
Awalnya Hunter mempertahankan kepolosannya selama berbulan-bulan. Namun, akhirnya berhasil dibongkar jaksa. Dia menghadapi hukuman lima tahun penjara dan akan dihukum pada 17 Maret.
Pria 42 tahun itu mengaku bersalah telah menyalahgunakan sedikitnya $ 150.000 atau sekitar Rp2,081 miliar dana kampanye untuk kegiatan pribadi.
Setelah kasusnya berproses di pengadilan, Duncan Hunter akhirnya mengundurkan diri dari DPR. Surat pengunduran dirinya sudah diajukan kepada Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, Selasa (7/1/2020). Rencananya, dia meninggalkan kursinya secara resmi pada 13 Januari.
Dalam suratnya, Hunter tidak pernah menyebutkan rasa bersalah atau tidak bersalahnya. Dia tidak memerinci alasan pengunduran dirinya. Sebaliknya, ia memperjuangkan prestasi kongresnya dan fokus pada dinas militernya.
Hunter membuka surat itu dengan menjelaskan keputusannya untuk bergabung dengan Marinir setelah serangan teror 9/11. Sebelum mendaftar, dia membantu konstituennya memperbaiki kehidupan mereka.
"Saya belajar sejak dini tentang pentingnya kebebasan, nilai patriotisme, dan apa yang dapat dihasilkan oleh perbatasan yang kuat dan aman bagi sebuah komunitas," katanya. "Selama berada di Kongres, saya mendapat hak istimewa untuk membantu ribuan orang di distrik saya."
"Mungkin kontribusi yang paling saya banggakan adalah memberikan suara kepada pria dan wanita kami dalam seragam," tambah Hunter. "Aku akan selalu bangga berdiri bersama pria dan wanita yang melindungi kebebasan kita."
Istri Hunter, Margaret, juga didakwa dalam kasus tersebut tetapi menerima kesepakatan pembelaan pada bulan Juni, yang mengharuskannya bersaksi melawan suaminya. Pasangan itu bisa saja menghadapi hukuman puluhan tahun penjara sebelum perjanjian pembelaan mereka.