Selasa, 07 Januari 2020 22:06

Bermula di Kamar Mandi, Perempuan Lima Anak Ini Kecanduan Makan Bedak Bayi Setiap 30 Menit

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Lisa Anderson
Lisa Anderson

Di kamar mandi suatu hari. Sepuluh tahun silam. Lisa Anderson, ibu lima anak, mencium bau menyengat. Matanya tertuju pada botol bedak bayi.

RAKYATKU.COM - Di kamar mandi suatu hari. Sepuluh tahun silam. Lisa Anderson, ibu lima anak, mencium bau menyengat. Matanya tertuju pada botol bedak bayi.

Ketika mencium aroma itu, dia melihat sedikit debu keluar dari bagian atas botol. 

"Tiba-tiba aku punya keinginan untuk memakannya. Aku tidak bisa melawannya. Saya hanya menjilatinya dari tangan saya dan benar-benar menikmatinya," kata Lisa Anderson.

Kini, dia sudah 10 tahun kecanduan makan bedak bayi. Perempuan asal Inggris itu mengatakan, dia mengalami depresi dan kecemasan. Dia mungkin menderita pica.

Dia mengatakan gejalanya pertama kali dimulai setelah kelahiran putra kelimanya 15 tahun yang lalu.

Pica adalah gangguan makan. Penderitanya biasanya lebih doyan memakan makanan yang tidak memiliki nilai gizi. 

Gejala-gejalanya termasuk makan terus-menerus dari jenis-jenis zat ini, yang dapat meliputi kotoran, rambut, logam, kerikil, abu, tanah liat, dan lainnya. 

Faktor risiko meliputi gangguan kesehatan mental lainnya seperti skizofrenia atau autisme, serta anemia kekurangan zat besi dan gizi buruk, menurut NationalEatingDisorders.org.

Perempuan 44 tahun itu mengatakan dia menghabiskan sekitar $ 13 atau sekitar Rp180 ribu sepekan untuk menjaga kebiasaannya. Membeli bedak bayi tersebut.

Anderson mengatakan, paling lama dia pergi tanpa bubuk itu dua hari. Biasanya, dia menggantinya dengan makan permen di depan umum untuk mencoba untuk memuaskan hasratnya.

"Saya selalu memilikinya di rumah dan akan menyiramnya setelah mandi atau mandi," katanya kepada kantor berita Inggris, SWNS. 

Dari sana, Anderson mengklaim kecanduannya semakin meningkat hingga ia tidak bisa pergi lebih dari 30 menit tanpa itu. Untuk memuaskan hasratnya di depan umum, ia mengunyah permen mint untuk meringankan, SWNS melaporkan.

"Yang terlama saya tanpa itu adalah dua hari," katanya kepada outlet berita. "Itu adalah waktu terburuk dalam hidupku. Saya benci itu," katanya.

"Saya menghabiskan waktu bertahun-tahun tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi atau sedang terjadi," katanya kepada SWNS. 

"Tetapi ternyata itu adalah suatu kondisi. Dan saya hanya ingin memberi tahu orang lain bahwa mereka tidak sendirian," tutupnya.