RAKYATKU.COM - Empat lelaki di Delhi, India, memperkosa seorang wanita di sebuah bus.
Awalnya, mereka membujuk seorang mahasiswa fisioterapi berusia 23 tahun, dan teman prianya naik ke sebuah bus. Kemudian berulang kali memperkosa, dan menyiksanya dengan sebatang logam.
Mereka kemudian memukuli kedua korban dengan kejam. Sebelum meninggalkan mereka tanpa busana, dan setengah sadar di pinggir jalan di Munirka, di selatan kota.
Wanita itu meninggal di rumah sakit beberapa minggu kemudian. Kasus ini, menimbulkan kemarahan.
Keempat orang itu, dilaporkan akan menghadapi hukuman mati dalam beberapa minggu, setelah persidangan bertahun-tahun. Tanggal eksekusi mereka, dijadwalkan untuk 22 Januari pukul 7 pagi waktu setempat.
Pengadilan Delhi hari ini mengeluarkan surat perintah hukuman mati untuk empat pria yang telah dihukum karena pembunuhan, pemerkosaan dan penyiksaan geng atas serangan brutal 2012 yang menewaskan Jyoti Singh.
Dikutip dari mirror.co.uk, pembersih bus Akshay Thakur Singh, Mukesh Singh, 32, penjual buah Pawan Gupta, 25, dan instruktur olahraga Vinay Sharma, 26, semuanya dijatuhi hukuman mati.
Awalnya enam pria yang berada di bus termasuk sopir ditangkap.
Satu tersangka pria meninggal di rumah sakit dalam dugaan bunuh diri, meskipun keluarganya mengklaim dia dibunuh.
Seorang remaja dihukum karena pemerkosaan dan pembunuhan dan dihukum tiga tahun penjara.
Surat perintah kematian datang setelah serangkaian ulasan dari para terpidana, termasuk menolak permohonan Akshay untuk meminta belas kasihan.
Kasus ini mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh dunia, dan memicu protes massa yang melihat penduduk setempat yang marah bentrok dengan pasukan keamanan di India, di mana wanita dan pendukung mereka turun ke jalan untuk menuntut perubahan.
Protes menyebabkan pawai diam di seluruh negeri, di mana wanita takut akan keselamatan mereka di tengah meluasnya kekerasan seksual.
Korban kemudian dikenal di India sebagai Nirbhaya, kata dalam bahasa Hindi yang berarti 'tanpa rasa takut', karena hukum India tidak mengizinkan pers untuk menerbitkan nama korban perkosaan.
Kematian Jyoti juga menjadi titik nyala bagi seruan yang lebih luas untuk menghentikan kekerasan seksual terhadap perempuan secara global.
Kasus ini juga menyebabkan pengawasan global terhadap sistem peradilan India, dan tuduhan bahwa Parlemennya lamban dalam menanggapi krisis kekerasan terhadap perempuan.