RAKYATKU.COM - Amerika Serikat (AS) dan Iran tengah memanas. Ada banyak pertanyaan, tentang siapa yang akan menang jika pertempuran benar-benar terjadi.
Para ahli, memberikan ulasannya. Bukan AS atau Iran. Pemenang dari pertempuran keduanya, tak lain dan tak bukan adalah ISIS.
"Ada pemenang di sini, dan pemenangnya adalah ISIS," kata Dan Yergin, Ketua IHS Markit dikutip dari CNBCIndonesia, Senin (6/1/2020).
Pasalnya, serangan AS yang menewaskan pimpinan Pasukan Revolusi Islam Quds Qasem Soleimani, memicu ancaman pembalasan dari Teheran. Padahal soal ISIS, AS dan Iran sama-sama memerangi kelompok ini.
Lokasi yang dipilih AS, untuk menyerang Iran yakni di Irak. Juga membuat negara mantan dikatator Saddam Hussein merasa dilangkahi. Padahal, berbeda dengan Iran, Irak adalah sekutu dekat AS dalam melawan ISIS.
Namun, setelah serangan yang menewaskan Soleimani, termasuk satu petinggi militer Irak, negara itu mengatakan akan mengkaji ulang kerja sama dengan AS. Parlemen Irak pun sempat meminta militer AS angkat kaki dari negara tersebut.
Ini pun membuat berang Presiden AS, yang berjanji akan memberi sanksi ke Irak jika ada pengusiran paksa pada tentara negeri Paman Sam. Hal ini membuat kedua koalisi yang terjadi dipertaruhkan. Alhasil ISIS bisa mengambil celah untuk kembali tumbuh dan menyebar di Timur Tengah.
"Karena koalisi yang memukul ISIS mundur tidak mungkin (terjadi) antara Amerika Serikat dan Iran ... Pasukan AS pergi atas keinginan sendiri, itu adalah kabar baik bagi Iran ... tetapi itu juga kabar baik bagi ISIS," katanya lagi masih dari sumber yang sama.
"ISIS yang tampaknya telah berjaga-jaga, mendapat celah baru untuk (menyerang)."
Sebelumnya, ketegangan AS dan Iran terus naik pascakematian Soleimani. AS menuding Soleimani adalah teroris sehingga pantas dibunuh.
Namun Iran menilai Soleimani adalah tokoh revolusioner negara itu. Iran pun berjanji akan membalas AS.