Jumat, 03 Januari 2020 08:29

Aksi Berandal Kakak Beradik, Seret Mayat Ayahnya dari Peti Mati Lalu Memukulinya

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi peti mati
Ilustrasi peti mati

Di sebuah ruangan, seorang pria tua tampak mengambil kertas dari atas meja. Di sampingnya ada sebuah peti mati transparan. Mayat pria tua dibaringkan di dalam

RAKYATKU.COM, CHINA - Di sebuah ruangan, seorang pria tua tampak mengambil kertas dari atas meja. Di sampingnya ada sebuah peti mati transparan. Mayat pria berusia 72 tahun dibaringkan di dalamnya.

Tak lama kemudian, sekelompok orang masuk ke ruangan tersebut. Mereka membanting penutup peti mati. Satu dari mereka berkali-kali menampar si mayat.

Seolah tak puas, mereka menarik mayat tersebut ke luar dari peti mati. Mereka menghempaskannya ke lantai, lalu memukulinya.

Insiden itu terjadi Jumat lalu di sebuah desa di Provinsi Jiangsu, China timur.

Menurut kantor berita The Paper, orang-orang itu adalah kakak beradik. Mayat yang mereka serang adalah ayah mereka, bernama Han Xiangu.

Para anak marah, lantara ayah mereka tidak memenuhi tanggung jawabnya sebagai orang tua.

Diduga bahwa sang ayah telah meninggalkan mereka dan ibu mereka, untuk menikah dengan wanita lain beberapa dekade yang lalu.

Namun putra baptis Han, yang dikenal dengan nama samaran Qian Hong, membantah tuduhan bahwa pria itu adalah seorang bigamist.

Dalam sebuah wawancara dengan Beijing Youth Daily, Qian mengatakan bahwa dia tidak memiliki hubungan darah dengan ayah baptisnya.

Dia mengatakan bahwa penyeranga itu disebabkan oleh kenyataan bahwa Han telah menolak permintaan uang dari anak-anaknya.

"Ketika saya masih kecil, [ayah baptis saya] memperlakukan saya dengan sangat baik, oleh karena itu saya telah menjaganya beberapa tahun ini. Mereka [anak-anak Han yang lain] merasa bahwa saya kaya karena bisnis saya, jadi mereka ingin mengambil keuntungan dari saya," kata Qian kepada wartawan.

Dia juga menunjukkan kepada wartawan sebuah catatan, yang dikatakan telah ditulis oleh Han dan disahkan.

Dalam catatan itu, Han mengakui bahwa ia memiliki satu putra dan dua putri bersama istrinya, yang dikenal dengan nama samaran Zhao Lin. 

Dia mengatakan bahwa dia meninggalkan istri dan anak-anaknya 'dalam kemarahan' pada tahun 1983 setelah berdebat dengan istrinya. Sejak saat itu dia hidup sendiri, dan tidak pernah menikah.

Pria itu juga mengatakan bahwa pemakamannya akan diatur dan dibayar oleh putra baptisnya, Qian.

Polisi dilaporkan telah meluncurkan penyelidikan terhadap para penyerang atas dugaan penyerangan mayat.