RAKYATKU.COM - Siapa bilang air hujan itu sumber penyakit? Selama ini anak-anak dilarang bermain hujan karena orang tua khawatir mereka sakit setelahnya.
Kepercayaan itu berbanding terbalik dengan yang dijelaskan dalam Alquran dan hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dalam Alquran, Allah antara lain menyebut hujan sebagai sesuatu yang diberkahi.
"Kami turunkan dari langit air yang berkah (banyak manfaatnya) lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam." (QS. Qaf: 9)
Allah juga menyebut hujan sebagai rahmat, "Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji." (QS. Asy-Syura: 28)
Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang saleh masa silam, sangat gembira dengan turunnya hujan. Sehingga mereka mengambil berkah dengan air hujan.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan, "Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyingkap bajunya, lalu beliau guyurkan badannya dengan hujan. Kamipun bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa anda melakukan demikian?”
Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan." (HR. Ahmad 12700, Muslim 2120, dan yang lainnya)
Al-Qurthubi mengatakan, "Praktek dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menunjukkan bentuk tabarruk (ngalap berkah) dengan hujan. Dan menjadikannya sebagai obat. Karena Allah menyebut hujan dengan rahmat, mubarok (berkah), dan thahur (alat bersuci). Allah jadikan hujan sebagai sebab kehidupan dan tanda terhindar dari hukuman, yang memberi kesimpulan agar kita menghormati hujan dan tidak menghina hujan. (al-Mufhim lima Asykala min Talkhis Shahih Muslim, 2/546).
Kemudian dalam hadis lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara sengaja menghujankan dirinya ketika khotbah di masjid. Anas bin Malik menceritakan, "Kemudian beliau tidak turun dari mimbarnya hingga saya melihat air hujan menetes dari jenggot beliau." (HR. Bukhari 1033)
Ketika membawakan hadis ini, Imam Bukhari memberikan judul bab dalam kitab shahinya, "Bab orang yang menghujankan diri hingga air menetes di jenggotnya."
Al-Hafidz Ibnu Hajar menilai bahwa tindakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menghujankan diri beliau adalah suatu kesengajaan, dan bukan kebetulan.
Andai beliau tidak sengaja, tentu beliau akan menyelesaikan khotbahnya ketika mendung kemudian berteduh. Namun beliau terus melanjutkan khotbahnya, ketika hujan turun, sampai membasahi jenggot beliau. (Simak Fathul Bari, 2/520).
Demikian pula yang dilakukan oleh para sahabat. Mereka hujan-hujanan dalam rangka ngalap berkah.
Ibnu Abi Syaibah menyebutkan beberapa riwayat dari para sahabat, dan beliau memberikan judul bab, "Orang yang hujan-hujanan ketika pertama kali turun hujan."
Selanjutnya Ibnu Abi Syaibah menyebutkan beberapa riwayat berikut, Dari Bunanah, bahwa Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu hujan-hujanan di awal turunnya hujan.
Dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma hujan-hujanan, beliau mengeluarkan pakaiannya, hingga pelananya di awal turunnya hujan.
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, bahwa apabila beliau melihat hujan, beliau melepas bajunya lalu duduk. Sambil mengatakan, "Baru saja datang dari Arsy." (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, 8/554). (Ustadz Ammi Nur Baits, Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)