RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Sejumlah kepala daerah di Sulsel yang juga Ketua DPD II Partai Golkar, punya peluang "naik kelas" menjabat Ketua DPD I Golkar Sulsel. Seperti Andi Fahsar Padjalangi (Bupati Bone), Kaswadi Razak (Bupati Soppeng), dan Adnan Purichta Ichsan (Bupati Gowa).
Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus menyebut, ketiganya punya kemampuan memimpin Partai Golkar.
"Karena Golkar memerlukan kepemimpinan yang lebih humanis dan terbuka, untuk menghadapi persaingan ke depan," kata Nurmal, Jumat (17/12/2019).
Apalagi menurut Nurmal, Partai Golkar butuh figur yang masih "prima". Pemimpin yang bisa terus membuat inovasi, agar partai Golkar terus eksis di mata pemilih Sulsel.
Apalagi Fahsar dan Kaswadi, punya prestasi menjaga suara Golkar di daerahnya masing-masing, pada Pileg 2019 lalu.
Tapi sebenarnya menurut Nurmal, hal itu belum cukup untuk diandalkan, dalam mengelola Golkar Sulsel yang lebih terbuka dan humanis.
"Kesuksesan keduanya tak bisa dijadikan landasan, bahwa mereka akan sukses juga ketika memimpin Golkar Sulsel, yang lebih komplit dengan medan tempur yang lebih luas," ujarnya.
"Apalagi keduanya adalah kepala daerah yang sudah dan akan memasuki periode kedua. Tentu kekuatan pengaruh mereka akan terus berkurang jelang Pemilu 2024," katanya.
Bagaimana dengan Adnan?
"Saya kurang paham, apakah Adnan masih kader Golkar atau tidak. Tapi jika masih di Golkar, saya pikir patut diperhitungkan," jelasnya.
Apalagi menurut mantan Ketua KPU Makassar ini, Adnan membutuhkan partai sebesar Golkar, untuk kelanjutan masa depan politiknya yang masih panjang.
"Di sisi lain, Golkar juga membutuhkan Adnan untuk tampil lebih terbuka dan lebih progresif. Sosok seperti Adnan yang muda, sangat menguntungkan Golkar. Tetapi dengan kondisi sekarang ini, dimana kadar kekaderannya tak jelas, maka saya pikir peluang Adnan tidak-lah terlalu besar," jelasnya.
Selain itu, kader Golkar lainnya, ada Taufan Pawe. Andi Rio Padjalangi, Rusdin Abdullah, dan Supriansa.
"Saya menjagokan Rusdin Abdullah, Supriansa dan Rio Padjalangi. Keduanya adalah darah muda bagi Golkar dan mereka sangat menjanjikan," kata Nurmal.
Apalagi dia berpandangan, Golkar saat ini tidak cocok lagi dipimpin dari kalangan birokrasi, yang cenderung mengelola Golkar dengan konvensional.
"Sehingga sulit untuk berinovasi. Birokrasi juga sangat terbatas gerakannya, karena rawan dipersoalkan dari sisi hukum," pungkasnya.