Senin, 23 Desember 2019 15:03

ISIS 'Berusaha Bangkit' di Irak: Uang Lebih Banyak, Teknik dan Taktik Lebih Baik

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
ISIS. (Foto: MI News)
ISIS. (Foto: MI News)

Ada indikasi kuat kelompok yang menyebut diri ISIS kembali mengorganisasi di Irak. Dua tahun setelah kehilangan wilayah terakhirnya di negara tersebut.

RAKYATKU.COM - Ada indikasi kuat kelompok yang menyebut diri ISIS kembali mengorganisasi di Irak. Dua tahun setelah kehilangan wilayah terakhirnya di negara tersebut.

Pejabat intelijen Kurdi dan Barat mengatakan kehadiran ISIS di Irak merupakan aksi pemberontakan yang canggih, dan serangan ISIS terus bertambah.

Para militan kini lebih terampil dan lebih berbahaya daripada Al-Qaeda, menurut Lahur Talabany, pejabat tinggi di pasukan kontra terorisme Kurdi.

"Mereka punya teknik yang lebih baik, taktik yang lebih baik, dan uang yang lebih banyak," ujarnya.

"Mereka mampu membeli kendaraan, senjata, suplai makanan, dan peralatan. Dalam hal teknologi, mereka lebih piawai. Sekarang lebih sulit untuk mengungkap tempat persembunyian mereka. Jadi, mereka seperti Al-Qaeda dengan steroid."

Sang kepala intelijen menyampaikan penilaiannya secara gamblang dengan logat London — warisan dari pengalamannya bertahun-tahun tinggal di Inggris setelah keluarganya melarikan diri dari rezim Saddam Hussein.

Di dalam markasnya di Sulaimaniya, terletak di perbukitan kawasan Kurdistan di Irak Utara, dia menggambarkan organisasi yang selama 12 bulan terakhir berusaha bangkit kembali dari reruntuhan kekhalifahan.

"Kami melihat aktivitas meningkat dan kami pikir fase membangun kembali sudah selesai," kata Talabany, yang memimpin Agensi Zanyari, satu dari dua agensi intelijen di Irak Kurdistan.

ISIS yang berbeda telah muncul, ujarnya, yang tidak lagi ingin menguasai wilayah manapun demi mencegah dirinya menjadi target. Alih-alih – seperti pendahulu mereka di al-Qaida – para ekstremis itu bersembunyi di bawah tanah, di Pegunungan Hamrin di Irak.

"Inilah pusat kegiatan untuk ISIS saat ini," kata Talabany. "Ini pegunungan yang panjang, dan sangat sulit dikendalikan tentara Irak. Ada banyak tempat persembunyian dan gua."

Dia memperingatkan ISIS akan diperkuat oleh kerusuhan di ibu kota Irak, Baghdad, saat ini dan akan memanfaatkan rasa keterasingan di antara sesama Muslim Sunni, yang merupakan kelompok minoritas. Di Irak, ini merupakan pola yang akrab dan berbahaya.

"Jika situasi politik sedang kisruh," ujarnya. "Ini surga atau natal datang lebih awal untuk ISIS."

Memperkuat barisan
Militan juga mendapat manfaat dari ketegangan hubungan antara Baghdad dan pemerintah wilayah Kurdistan, menyusul referendum kemerdekaan Kurdi pada 2017.

Sekarang ada wilayah luas tanah tak bertuan di Irak utara antara pasukan keamanan Kurdi Peshmerga dan sejawat mereka di Irak. Menurut Talabany, satu-satunya yang berpatroli di daerah ini adalah ISIS.

Di sebuah pos di puncak bukit yang menghadap ke Kota Gwer, Mayor Jenderal Sirwan Barzani mengawasi tanah tak bertuan ini, dengan ekspresi khawatir. Sang komandan Kurdi Peshmerga mengatakan ISIS sekarang bebas berkeliaran di wilayah yang tak terkendali ini.

"Kita dapat mengatakan mereka ada di delta antara sungai Great Zab dan Tigris secara permanen," katanya.

"Ada terlalu banyak aktivitas ISIS di daerah yang dekat dengan Tigris. Dari hari ke hari kita dapat melihat pergerakan ISIS, dan aktivitasnya."

Menurut laporan intelijen Peshmerga, barisan ISIS di area itu baru-baru ini diperkuat oleh sekitar 100 pejuang yang melintasi perbatasan dari Suriah, termasuk beberapa orang asing dengan sabuk bom bunuh diri.

Dari puncak bukit di Gwer inilah Peshmerga melancarkan ofensif pertama mereka melawan ISIS pada Agustus 2014. Sang mayjen – dan tentara lainnya di sini – mengatakan sejarah terulang kembali.

"Saya bisa membandingkan 2019 dengan 2012," tuturnya, "ketika mereka baru mulai, mengorganisasi diri, dan memungut pajak dari masyarakat. Jika situasi berlanjut seperti ini, pada 2020 mereka akan semakin terorganisasi, semakin kuat, dan melancarkan lebih banyak serangan."

Pejabat intelijen Kurdi memperkirakan kekuatan ISIS di Irak sebanyak 10.000 orang, dengan 4.000-5.000 petarung, dan sisanya berupa sel tidur serta simpatisan.

Komunitas internasional harusnya khawatir, menurut Lahur Talabany. "Semakin nyaman mereka di sini," ujarnya, "semakin mereka memikirkan operasi di luar Irak dan Suriah."

Terus menekan
Komandan militer AS tertinggi di Irak mengatakan ISIS berusaha menyusun diri mereka kembali namun kali ini menghadapi tanggapan berbeda dari pasukan keamanan Irak dan Kurdi.

Menurut Brigadir Jenderal William Seely, Komandan Gugus Tugas-Irak, pasukan ini lebih siap daripada pada tahun 2014 ketika ISIS menguasai sepertiga Irak dan mengambil alih Mosul, kota terbesar kedua, hampir tanpa lawan.

"ISF [Iraqi security forces, pasukan keamanan Irak] dan Peshmerga bukan pasukan yang sama seperti ketika Mosul jatuh," kata Brigjen Seely. "Kami di sini telah menambah latihan mereka. ISF tetap siaga untuk memastikan momentum melawan Daesh [ISIS] tetap kuat."

Ia menyebut satu bulan, dari pertengahan Oktober sampai pertengahan November, ketika ISF melancarkan 170 "operasi pembersihan" dan menghancurkan hampir 1700 komponen untuk bom rakitan atau improvised explosive devices (IED).

Ia mengatakan petarung ISIS kini bersembunyi di dalam gua dan gurun "dalam kondisi yang tidak tertahankan dalam jangka panjang", dan mereka tidak bisa bergerak dalam formasi besar.

"Paling besar yang saya lihat selama enam bulan di sini adalah 15," ujarnya, seraya menambahkan bahwa satu prajurit ISIS pun sudah terlalu banyak.

Untuk sekarang, para ekstremis hanya bisa bersembunyi di balik bayangan — keluar pada malam hari untuk melancarkan serangan kilat. Tapi Irak pernah menyaksikan teror tumbuh dari awal seperti ini sebelumnya, dan beberapa pihak di sini khawatir ancaman baru akan datang, bagi wilayah sekitar dan bagi Barat.

Sumber: BBC Indonesia