RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Sebagai ujung tombak demokrasi, partai politik diharapkan punya peran lebih di Pilwalkot Makassar 2020. Tak cuma sekadar mengusung, parpol diharapkan tetap memperlihatkan kualitas figur usungannya.
Sebab, kegagalan kepemimpinan di Kota Makassar belakangan ini dinilai merupakan dampak dari perilaku parpol. Lebih mementingkan kemampuan finansial dalam mengusung calon ketimbang integritas.
Harapan itu dikemukakan pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Andi Lukman Irwan. Menurutnya, parpol harus didesak. Agar kembali jadi ujung tombak dalam memfilter calon pemimpin yang memiliki integritas kurang baik.
“Muara utama dari semua problem yang terkait dengan pilkada adalah integritas. Banyak calon pemimpin yang sangat lemah dari sisi integritas, kapabilitas, dan akseptabilitas, namun dapat parpol hanya karena indikator isi tas," ungkapnya, Minggu (22/12/2019).
Perilaku parpol yang mementingkan kemampuan finansial calon, kata Lukman, menjadi penyebab lahirnya pemilih pragmatis. Sifat pragmatisme ini, katanya, bahkan menjalar hingga ke penyelenggara pemilu. Makanya, cukup banyak penyelenggara pemilu yang dipecat DKPP karena masalah integritas.
“Tugas kita dan masyarakat adalah bagaimana mendorong parpol, supaya mempertimbangkan tiga aspek utama dalam mengusung calon. Melihat dari sisi integritas, memilih dari sisi kapasitas dan menentukan usungan dari sisi akseptabilitas,” tandasnya.
Tak lupa, Lukman juga membeberkan prediksinya untuk Pilwalkot Makassar. Jika kandidat lebih dari dua pasangan, katanya, maka peluang Moh Ramdhan Pomanto masih cukup besar.
"Pak Danny itu harus diakui, masih punya positioning politik yang tertinggi dari sisi elektoral. Kalau sampai lahir tiga calon wali kota, maka potensi menang Danny masih tinggi. Kalau mau kalahkan Danny, harus head to head,” demikian Lukman.