Kamis, 19 Desember 2019 14:58

"Saya Tidak Tahu Apakah Ayah Saya Masih Hidup", Pengakuan Putri Cendekiawan Uighur Ilham Tohti

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Jewher Ilham. (Foto: AFP)
Jewher Ilham. (Foto: AFP)

Anak perempuan Ilham Tohti, seorang cendekiawan Uighur yang dipenjara di Tiongkok, mengaku tidak tahu apakah ayahnya masih hidup.

RAKYATKU.COM - Anak perempuan Ilham Tohti, seorang cendekiawan Uighur yang dipenjara di Tiongkok, mengaku tidak tahu apakah ayahnya masih hidup.

Jewher Ilham mengatakan hal itu usai menerima penghargaan hak asasi manusia dari Eropa atas nama ayahnya.

Ilham Tohti dipenjara seumur hidup atas tuduhan terlibat dalam gerakan separatisme pada 2014.

Tiongkok telah menuai protes internasional akibat perlakuannya terhadap Uighur, minoritas muslim di wilayah Xinjiang barat.

Tohti, seorang sarjana ekonomi, dikenal karena penelitiannya tentang hubungan antara orang-orang Uighur dan Han.

Jaksa penuntut dalam sidang 2014 menuduh dia terlibat dalam kegiatan separatis, termasuk mempromosikan kemerdekaan bagi Xinjiang di situs webnya, Uighur Online.

Situs web ini, kata Tohti, bertujuan mengedukasi para penutur bahasa Mandarin dan Uighur tentang masalah sosial.

Dia menyangkal telah menjadi separatis. Tohti dipandang oleh banyak orang sebagai suara moderat.

Jewher Ilham mengatakan dia sudah tidak bertemu ayahnya sejak 2013 dan tidak berkomunikasi dengannya selama dua tahun.

Tohti dianugerahi Hadiah Sakharov dari Parlemen Eropa untuk Kebebasan Berpikir karena dianggap mempromosikan "dialog dan saling pengertian" antara umat Uighur dan orang-orang China lainnya.

Jewher Ilham mengatakan ayahnya dicap "ekstremis yang kejam, dengan penyakit yang perlu disembuhkan dan pikiran yang perlu dicuci".

"Saya bersyukur atas kesempatan untuk menceritakan kisahnya, karena dia tidak bisa menceritakannya sendiri," kata Jewher Ilham, yang menerima penghargaan di kota Prancis Strasbourg di sebelah kursi kosong simbolis.

"Jujur, saya tidak tahu di mana ayah saya berada. Tahun 2017 adalah kali terakhir kali keluarga saya menerima kabar tentang dia."

"Hari ini harusnya menjadi momen sukacita untuk merayakan kebebasan berbicara," kata Presiden Parlemen Eropa David Sassoli.

"Namun, sebaliknya, ini adalah hari kesedihan. Sekali lagi, kursi ini kosong karena di dunia kita hidup dan menjalankan kebebasan berpikir, kita tidak selalu bebas."

Jewher Ilham mengatakan harapannya kembali setelah melihat apa yang terjadi pada pemenang hadiah Sakharov tahun lalu, Oleg Sentsov, seorang sutradara film Ukraina.

Sentsov, yang dipenjara atas tuduhan terorisme, dibebaskan pada November lalu.

"Saya berharap hal yang sama terjadi pada ayah saya," katanya.

Beijing dikritik karena tindakan kerasnya terhadap orang-orang Uighur di Xinjiang.

Pemerintah Tiongkok dituduh menangkap dan menahan lebih dari satu juta warga Uighur dan etnis minoritas di kamp-kamp penahanan.

Sumber: BBC Indonesia