RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Komisi E DPRD Sulsel, sudah membahas rencana pengadaan helikopter, yang diusulkan BPBD. Namun, soal rencana itu, akan dibahas lebih lanjut lagi di tingkat Banggar.
"Kami secara teknis di komisi E, sudah membedah. Dan hasilnya pembedahan kami, kami meminta supaya dibicarakan di Banggar untuk ditindaklanjuti," kata anggota Komisi E DPRD Sulsel, Irfan AB, Selasa kemarin (26/11/2019).
Komisi E kata Irfan, memang sudah menimbang. Soal kebutuhan Rp100 miliar, untuk pengadaan helikopter itu. Sebenarnya, sudah cukup mendatangkan helikopter dengan duit Rp30 miliar.
"Artinya, tadi BPBD sudah menjelaskan, untuk mendatangkan satu helikopter dengan kualitas yang baik. Kira-kira dibutuhkan kurang lebih Rp100 miliar," ujarnya.
Anggaran sebanyak itu, untuk menyewa pilot. Operasional. Termasuk perawatan.
"Karena kita warning, jangan sampai kayak kasusnya ambulans laut. Tidak diselingi biaya operasional. Sehingga ambulans laut, hanya jadi tempat selfi-selfi saja. Jadi harus memikirkan jangka panjangnya," pungkas politikus PAN Sulsel ini.
BPBD Sulsel, kembali mengusulkan pengadaan helikopter. Hal itu disampaikan Kepala BPBD Sulsel, Syamsibar. Syamsibar hadir, dalam rapat kerja Komisi E DPRD Sulsel, Selasa malam (26/11/2019).
"Pagu anggaran, yang kami terima dari TAPD, tahun 2019 itu belanja langsungnya Rp7 miliar. Untuk 2020 rancangannya, Rp37 miliar. Yang sesungguhnya, di situ di dalamnya ada tercantum pengadaan helikopter, Rp30 miliar," kata Syamsibar.
Akan tetapi, kata dia, anggaran Rp30 miliar itu, sebenarnya jauh dari cukup. Untuk bisa mendatangkan helikopter.
Sebab setelah helikopter didatangkan, biaya tambahan juga harus disiapkan. Untuk membiayai kru. Pilot, bagian mesin. Kemudian di darat, juga harus ada yang merawat.
Selian itu, kalau memang mau helikopter yang layak, itu di atas Rp100 miliar. Kata dia, sebenarnya ada, helikopter yang harganya hanya 2 juta dollar. Atau kurang lebih Rp 28 miliar. Itu pun, baru harga dasar. Belum termasuk pajak. Belum perawatan.
"Kalau misalnya dia mau terbang ke Bone, karena dia tidak mampu terbang tinggi, melewati gunung dia harus lewat Pare-Pare," sebut Syamsibar.
Itu pun, sangat rawan juga. Karena hanya satu mesin. Jadi, helikopter itu tidak boleh bergerak untuk kebencanaan, kalau hanya mesinnya satu. Harus ada mesin ganda.
"Karena ini bukan mobil. Kalau mobil itu macet, dia bisa minggir. Kalau heli tidak ada jalan lagi. Makanya saya bilang, saya temasuk salah satu yang tidak setuju kalau beli yang mesinnya satu," ujarnya.
"Yang pertama setiap terbang pasti saya di situ. Saya sudah rasakan, kita pernah pakai pesawatnya angkatan udara, helinya besar bisa sampai 12 orang, tapi tidak mampu lawan kalau hujan," demikian Syamsibar.