Senin, 18 November 2019 11:19

Alergi Sperma, Wanita Ini Nyaris Meninggal Usai Berhubungan Badan dengan Suami

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi
Ilustrasi

Seorang wanita berusia 46 tahun, nyaris tewas. Itu setelah dia berhubungan badan dengan suaminya. Rupanya, dia alergi sperma.

RAKYATKU.COM, BALTIMORE - Seorang wanita berusia 46 tahun, nyaris tewas. Itu setelah dia berhubungan badan dengan suaminya. Rupanya, dia alergi sperma.

Menurut Independent, sebuah kasus berjudul "Hampir Dibunuh oleh Cinta: A Cautionary Coital Tale", diterbitkan dalam American Journal of Medicine. Jurnal ini melaporkan, wanita dari Baltimore, AS itu, menderita reaksi anafilaksis terhadap antibiotik, yang telah diambil suaminya.

Reaksi anafilaksis, pada dasarnya adalah reaksi alergi yang sangat serius, yang berkembang sangat cepat dan dapat dengan cepat menyebabkan kematian.

Tak lama setelah berhubungan badan dengan suaminya, wanita itu mulai mengalami pusing, diare, tangan dan kaki gatal dan berkeringat parah.

Dia segera pergi ke gawat darurat, di mana para dokter awalnya mengira dia menderita sepsis. Karena tekanan darahnya rendah. Dia diberikan infus dan diberikan berbagai antibiotik.

Namun, setelah mereka melakukan pemeriksaan lebih lanjut, hasil tes menunjukkan, wanita itu sebenarnya menderita syok anafilaksis.

Ini karena wanita itu memiliki riwayat alergi penisilin. Itu dia derita sejak masih kecil. Diketahui, suaminya telah mengobati infeksi bakteri dengan antibiotik yang disebut nafcillin, yang mengandung penisilin.

Ini menyebabkan cairan mani terkonsentrasi dengan nafcillin, yang memicu reaksi alergi wanita itu.

Setelah tekanan darahnya kembali normal dan gejalanya membaik, wanita itu keluar dari rumah sakit dengan epipen. Dia diberitahu untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suaminya sampai setidaknya satu minggu, setelah dia selesai minum antibiotik.

Penulis laporan mengatakan, ini adalah ketiga kalinya reaksi penolakan tersebut didokumentasikan dalam jurnal medis. Mereka kemudian menyarankan mereka yang menulis resep, untuk mempertimbangkan bahaya reaksi alergi dan efek samping yang merugikan. Tidak hanya untuk pasien, tetapi juga untuk keluarga pasien.