Rabu, 06 November 2019 12:46

Soal Rekayasa Siram Air Keras, Novel Baswedan Bilang Begini

Ibnu Kasir Amahoru
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Novel Baswedan. Ist
Novel Baswedan. Ist

Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan angkat bicar terkait penyiraman air keras terhadap dirinya adalah rekayasa. 

RAKYATKU.COM - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan angkat bicara terkait penyiraman air keras terhadap dirinya adalah rekayasa. 

Novel bercerita, dokter yang menanganinya di Singapura mendiagnosa Novel mengalami luka bakar yang serius.

"Dokter Singapore mendiagnosa saya luka bakar serius. Sehingga saya dirawat inap sekitar 4 hari. Di situ tempat rawat inapnya diisolasi sehingga orang belum boleh masuk, karena luka bakar risiko infeksi," kata Novel.

Novel disiram air keras oleh dua orang tak dikenal pada 11 April 2017. Ia diserang sepulang dari salat subuh berjamaah di Masjid Ihsan di dekat rumahnya. 

Novel kemudian dirawat di Singapore General Hospital untuk perawatan dan observasi. Penanganan dilakukan oleh dokter dari Singapore National Eye Centre dan unit SGH Burns, bedah plastik, dan layanan THT untuk luka bakar wajah dan hidungnya.

"Saya ditangani dua dokter ahli. Dia bilang biasa menangani korban perang. Yang satu pakar ahli luka bakar, satu lagi pakar rekonstruksi wajah," ujarnya kepada Tempo, Rabu (6/11/2019).

Media sosial belakangan ramai dengan pembicaraan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Gong serangan terhadap Novel dimulai ketika akun @AdellaWibawa dan @Triwulan mencuit tudingan bahwa serangan ini rekayasa. 

"Mata Novel Baswedan saat baru ditayangin di NET TV 18 april 2017..!?dia kaget dg tiba2 kemunculan wartawan NET, liat matanya dan pipi mulus pdhl baru kasus penyiraman," tulis si empunya akun itu pada 4 November 2019.

Menanggapi itu, Novel Baswedan menjelaskan, permukaan wajah yang terkena air keras itu tak memerlukan tindakan operasi. Luka di bagian wajahnya itu diobati dengan obat khusus. Dalam 5 hari, luka-luka yang menghitam mulai terkelupas.

"Di Singapore kebetulan bagus dan Alhamdulillah atas izin Allah bisa kembali hanya sedikit sekali yang tersisa. Hanya luka permukaan. Jadi semua tumbuh sendiri yang di muka. Saya lihat ke kaca juga enggak nampak, cuma dilihat sama orang yang dampingi," katanya.