Sabtu, 19 Oktober 2019 22:08

Ditemukan Koper, Kehidupan Lima Warga Bulukumpa Ini Benar-Benar Menyedihkan

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Koper Bulukumpa aktif berbagi dengan warga kurang mampu.
Koper Bulukumpa aktif berbagi dengan warga kurang mampu.

Kalau Anda merasa selama ini hidup pas-pasan, lihat lah lima potret kehidupan warga di Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba ini.

RAKYATKU.COM - Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala. 

Kalau Anda merasa selama ini hidup pas-pasan, lihat lah lima potret kehidupan warga di Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba ini.
 
Komunitas Peduli Berbagi (Koper) Bulukumpa membuka mata kita semua. Ternyata masih banyak warga yang hidup menderita. Nyaris tak tersentuh program pemerintah.

Anggota Komunitas Koper sudah memulainya. Menunjukkan kepedulian, memberi bantuan. Tentu saja tidak cukup sekali. 

"Kami dari Koper siap memfasilitasi para dermawan yang ingin ikut berpartisipasi," kata Arfan Prawira, humas Koper kepada Rakyatku.com, Sabtu (19/10/2019).

Dalam beberapa waktu terakhir, Koper berbagi dengan lima warga dengan kehidupan miris. Sangat memprihatinkan. Berikut kisah singkatnya:

1. Nenek Naro, warga Bonto Mangngiring, Desa Salassae. Dia janda yang tinggal berdua dengan cucunya yang berusia 8 tahun.

Mereka tinggal di rumah yang berukuran 3x3 meter. Penyakit kronis tumor di kepala dan gondok beracun yang sudah cukup lama diderita membuat dia tak sanggup lagi bekerja untuk sekadar mencari sesuap nasi.

Anaknya merantau ke Malaysia dan Makassar. Entah mengapa, jangankan kiriman uang untuk berobat, kabar pun tidak ada lagi.

Nenek Naro cuma bisa pasrah. Hanya bisa meneteskan air mata menahan sakit yang dideritanya. Untuk makan sehari-hari bersama cucu, mereka berharap belas kasih dari tetangga.


2. Nenek Kanni, warga Sabberaga, Desa Bulo-Bulo. Dia hidup berdua dengan cucunya yang masih sekolah berusia sekitar 7 tahun. Tanah tempat tinggalnya milik tetangga.

Nenek Kanni tinggal dalam gubuk beralaskan tanah. Dinding rumahnya sudah berlubang di mana-mana. Selama ini, mereka hidup dari belas kasihan tetangga.

3. Nenek Abida di Lempangan, Kelurahan Ballasaraja. Dia janda tanpa anak. Rumah yang ditinggalinya merupakan satu-satunya harta peninggalan orang tua. Tidak layak huni. 

Tubuhnya yang sudah renta tak sanggup lagi untuk mencari pekerjaan demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. 

Tangannya tak mampu lagi menerima pekerjaan yang dipikulkan padanya. Untuk biaya hidup, Nenek Abida hanya mengandalkan uluran tangan dan belas kasihan dari warga lainnya.

4. Nenek Sattima, warga Bingkarongo, Desa Bajiminasa. Sudah puluhan tahun tinggal sebatang kara di gubuk yang dibangun di atas tanah milik orang lain.

Anaknya merantau ke Malaysia. Tidak pernah ada kabar, apalagi mengirimkan uang. Nenek Sattima hanya dibantu tetangga yang merasa iba. Dia tidak bisa lagi bekerja.

5. Nenek Jirang, warga Batupangka juga tinggal sebatang kara. Tinggal di gubuk berukuran 2x3 meter. Dia bertahan hidup dari bantuan orang lain yang iba melihatnya.