Sabtu, 19 Oktober 2019 19:17

Gusdurian Barru Gelar Diskusi Santai Bahas Moderasi dalam Beragama

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Gusdurian Barru menggelar diskusi santai jilid III di Warkop Qonita, Kelurahan Takkalasi, Kecamatan Balusu, Sabtu (19/10/2019).
Gusdurian Barru menggelar diskusi santai jilid III di Warkop Qonita, Kelurahan Takkalasi, Kecamatan Balusu, Sabtu (19/10/2019).

Gusdurian Barru menggelar diskusi santai jilid III di Warkop Qonita, Kelurahan Takkalasi, Kecamatan Balusu, Sabtu (19/10/2019).

RAKYATKU.COM,BARRU - Gusdurian Barru menggelar diskusi santai jilid III di Warkop Qonita, Kelurahan Takkalasi, Kecamatan Balusu, Sabtu (19/10/2019).

Diskusi secara umum membahas moderasi dalam beragama. Dua tokoh agama menjadi pembicara. Keduanya yakni, Ustaz Kamaruddin Hasan dan KH Ahmad Munir.

Diskusi berjalan alot dibalut nuansa kekeluargaan. Selain anggota Gusdurian, turut hadir mahasiswa STAI DDI Ambo Dalle Mangkoso, PMII Barru, dan siswa SMAN 2 Barru.

Ustaz Kamaruddin dalam pidatonya mengingatkan, bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Artinya Islam datang sebagai pencerah dan memberi kedamaian bagi alam semesta.

Kini, di tengah masyarakat muncul fenomena Islam nusantara. Namun, kata dia, Islam nusantara bukanlah sebuah aliran, tetapi itu merupakan cara pandang dalam Islam secara sosiologis dan kultural.

Bagi Kamaruddin, sosok Gus Dur bisa dijadikan referensi kehidupan. Sebab, Gus Dur punya corak pemikiran yang tidak terkait pada ikatan primordial dan cara berpikir humanistik yang sangat kosmopolitan.

"Sehingga sudah seharusnya lah generasi muda harus belajar agama kepada guru-guru yang jelas sanad keilmuannya," ucapnya.

Hal senada disampaikan KH Ahmad Munir. Garis besar pidatonya menenkankan bahwa Islam merupakan agama yang mengedepankan toleransi dan perdamaian.

Sementara, sistem khilafah yang digaungkan oleh Hizbut Tahrir adalah sistem yang bersifat ilusi dan tidak ada dalam Alquran.

"Muncul sebuah narasi di masyarakat, bahwa kehancuran Indonesia dilatarbelakangi ketidakhadiran khilafah. Namun itu semua adalah kebohongan yang sengaja digaungkan," tuturnya.

Ahmad Munir mengatakan, referensi sejarah pemerintahan bisa dilihat dalam pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Masing-masing memiliki cara pemilihan khalifah yang berbeda, sehingga tidak ada sistem baku pada bentuk pemerintahan yang dikenal dalam Islam.