Kamis, 10 Oktober 2019 15:59

Wanita 72 Tahun Dibiarkan Sekarat di Atas Kasur Penuh Urin oleh Putra-putranya

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Kasur Shirley Thompson
Kasur Shirley Thompson

Shirley Thompson, yang berusia 72 tahun meninggal karena keracunan darah, setelah dibiarkan sekarat di tempat tidur penuh air seni dan kotoran

RAKYATKU.COM, NEW SOUTH WALES - Seorang ibu tua diabaikan dan dibiarkan sekarat di atas kasur penuh air seni oleh dua putranya.

Shirley Thompson, yang berusia 72 tahun meninggal karena keracunan darah pada 2 September 2017. Ia juga menderita luka baring yang terinfeksi hingga ke tulang, serta luka serius sebesar kepalan tangan.

Dua putranya, Phillip Thompson, 43 tahun, dan David Thompson, 40 tahun sekarang sedang diadili karena tuduhan pembunuhan.

Foto-foto yang diperlihatkan di Mahkamah Agung New South Wales di Australia menunjukkan kasur kotor tempat Shirley berbaring selama berbulan-bulan.

Pengadilan mendengar bahwa paramedis menemukannya telanjang di tempat tidurnya pada 23 Agustus 2017, ketika David akhirnya memanggil ambulans.

Pada saat itu, dia melaporkan bahwa ibunya yang terbaring di tempat tidurnya tidak bisa makan, dan ada luka di punggungnya.

Shirley kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Blacktown, dan meninggal lebih seminggu kemudian.

Paramedis, Megan Kuhner, yang pergi ke rumah Shirley Thompson mengatakan bahwa kamar wanita tua itu sangat bau.

Dia mengatakan bahwa dia melihat pasien pucat berbaring di tempat tidur, di atas handuk berbau urin. "Itu sangat menjijikkan," kata Kuhner. "Itu (handuk) terendam dalam urin dan kotoran."

Phillip

Selama persidangan, Phillip dan David mengaku tidak bersalah. Pengacaranya mengatakan bahwa masalahnya bukan pada kedua tersangka, tapi pada pilihan ibunya sendiri.

Wanita tua itu, katanya, telah menolak untuk mendapatkan perawatan medis.

"Kami mengatakan Shirley Thompson meninggal karena pilihan yang ia buat sendiri," kata pengacara.

David

Selama diinterogasi oleh polisi, David Thompson telah mengatakan bahwa ibunya menolak mencari bantuan medis setelah dia melihat sesuatu seperti luka di punggungnya.

Ketika ditanya mengapa dia memaksanya, dia menjawab: "Aku mencintainya dan aku tidak ingin membuatnya marah dengan cara apa pun."

Persidangan kasus ini masih berlanjut.