Kamis, 26 September 2019 14:02

Unilever Akui Rexona Jadi Sebab Kematian 5 Orang di Australia

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Foto: Alibaba.
Foto: Alibaba.

Perusahaan Unilever yang memproduksi deodorant merek Rexona mengatakan mereka mengetahui adanya lima orang yang tewas di Australia

RAKYATKU.COM - Perusahaan Unilever yang memproduksi deodorant merek Rexona mengatakan mereka mengetahui adanya lima orang yang tewas di Australia karena penyalahgunaan penggunaan produk itu.

Scott Mingl, kepala unit deodoran di Unilever Australia dan Selandia Baru sebagai perusahaan induk Rexona mengatakan kepada ABC perusahaan it mengetahui polisi sudah mengatakan Rexona merupakan salah satu produk yang paling banyak disalahgunakan.

Pada 2015, seorang anak berusia 16 tahun di Alice Springs meninggal dunia karena hal tersebut, dan setahun kemudian seorang remaja berusia 15 tahun di Redcliffe (Queensland) juga meninggal karena hal yang sama.

"Kami tahu. Kami mendapat laporan adanya empat kematian di Queensland dan satu di New South Wales," kata Mingl.

"Sepanjang pengetahuan polisi an perusahaan, kami sudah bekerja sama untuk terlibat dan mencoba memahami masalah ini dan memberikan dukungan lebih baik kepada mereka."

Penyalahgunaan produk seperti Rexona ini disebut sebagai chroming, di mana penggunannya menghirup bahan kimia yang disemprotkan dari deodoran berbentuk kaleng tersebut, yang bisa membuat penggunanya mengalami ketergantungan.

"Yang pertama, saya merasa sedih mendengar dampak penggunaan produk ini bagi anak-anak, dan dampak penyalahgunaan tersebut oleh mereka yang mengalaminya," kata Mingl.

"Kami menangani masalah ini dengan serius dan sudah bekerja selama beberapa tahun terakhir untuk mengatasi masalah."

Mingl mengatakan, Unilever sudah mengubah desain kaleng deodoran Rexona tersebut dan juga menghabiskan waktu selama beberapa tahun untuk mengubah komposisi bahan kimia di dalamnya.

Walau sudah menghabiskan Rp1,5 triilun di bidang penelitian dan pengembangan di Unilever, Mingl mengatakan perusahaan tersebut belum menemukan cara untuk mengubah komposisi kandungan kimia Rexona.

Selain berusaha mengubah desain dan komposisi, Unilever juga mengkhawatirkan bahwa perubahan pada Rexona akan membuat remaja yang menyalahgunakannya beralih ke pestisida dan bahan kimia untuk pembersih.

Unilever juga mengatakan dalam uji yang mereka lakukan, Rexona tidaklah berisi bahan kimia yang berbeda dengan produk deodorant lain.

"Kami sudah melakukan uji terhadap seluruh produk deodoran yang ada di pasar untuk mengetahui mengapa Rexona menjadi pilihan dan secara teknis kami tidak menemukan adanya perbedaan." kata Scott Migl.

Kepolisian Queensland dan Asosiasi Peritel Nasional Australia (NRA) sudah mengukuhkan bahwa Rexona adalah produk yang banyak digunakan oleh anak-anak yang melakukan 'chroming".

Dominique Lamb, Direktur Eksekutif NRA mengatakan sejauh ini mereka tidak mendapat dukungan apapun dari Rexona.

"Rexona khususnya kami lihat paling banyak dibeli atau dicuri dari toko." katanya.

"Yang kami temukan di sejumlah lokasi tumpukan sampai 30 kaleng. Dan di petugas keamanan kami di pusat perbelanjaan menemukan anak-anak yang tampak dalam keadaan 'teler".

"Sering kali kami bisa melihat adanya kaleng deodorant ini di saku celana atau jaket mereka, dan tampak sekali mereka tidak menutup-nutupi apa yang mereka lakukan," kata Lamb lagi.

Sumber: ABC Indonesia