Minggu, 22 September 2019 17:05

Politikus Gerindra Bilang Jokowi Belum Layak Dapat Gelar Putera Reformasi, Ini Kata Ali Ngabalin 

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Kampus Universitas Trisakti Jakarta.
Kampus Universitas Trisakti Jakarta.

Rencana Universitas Trisakti memberikan gelar "Putera Reformasi" kepada Presiden RI Joko Widodo jadi pro kontra. Politikus Gerindra, Andre Rosiade termasuk yang menolak.

RAKYATKU.COM - Rencana Universitas Trisakti memberikan gelar "Putera Reformasi" kepada Presiden RI Joko Widodo jadi pro kontra. Politikus Gerindra, Andre Rosiade termasuk yang menolak.

"Mohon maaf belum layak," kata Andre Rosiade, caleg terpilih DPR RI yang juga mantan juru bicara Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno pada Pilpres 2019.

Andre yang juga wakil sekretaris jenderal DPP Partai Gerindra adalah alumni Universitas Trisakti.

"Jangan gadaikan reformasi," lanjut Andre, Minggu (22/9/2019).

Andre berpendapat Jokowi belum pantas mendapat penghargaan Putera Reformasi karena ada sejumlah persoalan yang belum diselesaikan. Terutama dugaan pelanggaran HAM dalam perstiwa 12 Mei 1998.

Menurut dia, persoalan 12 Mei 1998 belum sepenuhnya tuntas. Apalagi, kata dia, justru di era Jokowi terjadi kemunduran dibanding awal era reformasi.

"Kebebasan berpendapat terancam dan UU KPK direvisi," katanya.

Rencana pemberian gelar itu menjadi pembicaraan di media sosial setelah beredar surat berkop Universitas Trisakti yang ditandatangani Rektor Universitas Trisakti Ali Ghufron. Surat bernomor 339/AK.15/USAKTI/R/IX/2019.

Surat itu ditujukan kepada Menteri Sekretaris Kabinet. Dalam surat itu disebutkan bahwa pemberian gelar "Putera Reformasi" merupakan amanat dari Deklarasi Alumni Trisakti untuk Jokowi yang diselenggarakan pada 9 Februari 2019.

Menanggapi pro kontra gelar "Putera Reformasi", Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin angkat bicara.

Dia menegaskan Presiden Jokowi bukanlah tipikal orang yang ingin selalu dipuji. Dia berharap Trisakti bisa memberikan penjelasan mengenai alasan memberikan penghargaan tersebut kepada Presiden Joko Widodo.

"Pak Jokowi sendiri itu kalau orang Jawa bilang, nyuwun sewu ya, mohon maaf, nyuwun sewu, tidak pergi ke sana-kemari, cari-cari muka untuk dihormati, dipuja, dipuji, Presiden Jokowi tidak begitu karakternya," kata Ngabalin, Minggu (22/9/2019).

"Pak Jokowi itu wong ndeso, alami, hidupnya tidak terpisahkan dari hidup sebagai seorang masyarakat biasa yang dianugerahi Allah SWT dengan kuasa sebagai presiden. Jadi kalau Jokowi itu penampilannya ya begitu, makannya seadanya, tidak ke sana-kemari untuk disanjung-sanjung, dipuji. Jokowi wong Solo, wong ndeso, jadi biasa-biasa saja ya," lanjut dia.