Jumat, 20 September 2019 02:00

Kebanyakan Wanita di Amerika Lepas Keperawanan karena Terpaksa

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi
Ilustrasi

Lebih dari 3,3 juta remaja perempuan di Amerika, rela melepas keperawanan mereka untuk pertama, bukan karena suka sama suka.

RAKYATKU.COM - Lebih dari 3,3 juta remaja perempuan di Amerika, rela melepas keperawanan mereka untuk pertama, bukan karena suka sama suka.

"Seorang dokter praktik kemungkinan menjumpai beberapa pasien setiap minggu yang mengalami bentuk trauma ini," ungkap para penulis sebuah studi yang diterbitkan  di jurnal kedokteran JAMA Internal Medicine seperti mengutip VOAIndonesia.

Para penulis mencatat "gerakan #MeToo telah menyoroti seberapa sering perempuan mengalami kekerasan seksual, tetapi tidak ada penelitian terbaru yang mengkaji prevalensi seks yang dipaksakan selama pengalaman seksual pertama anak perempuan dan perempuan atau konsekuensi kesehatannya.

Lima puluh persen remaja perempuan yang melaporkan dipaksa berhubungan seks dan melepas keperawanan mereka mengatakan mereka dipaksa oleh seseorang yang lebih besar, seniornya, atau lelaki yang lebih tua. Separuh lebih menggambarkan tekanan secara verbal, dan 46 persen mengatakan mereka dibuat tidak berdaya.

Selain itu, sebanyak 22 persen remaja perempuan melaporkan bahwa mereka dibius, 26 persen melaporkan mereka merasa terancam secara fisik atau tersakiti secara fisik sebanyak 25 persen.

Rangkaian persamaan pelakunya adalah gender yang memiliki sedikit perbedaan sosial ekonomi atau ras.

"Berhubungan seksu secara paksa dilaporkan oleh remaja perempuan dari semua kelompok ras dan etnis dan sedikit bervariasi berdasarkan status kemiskinan, tingkat pencapaian pendidikan, atau tempat kelahiran," demikian laporan studi itu.

Dibandingkan dengan perempuan yang secara sukarela menyetujui berhubungan seks untuk pertama kalinya melepas keperawanan, perempuan yang dipaksa kecil kemungkinannya berkulit putih namun besar kemungkinannya dilahirkan di luar AS, berpendapatan di bawah tingkat kemiskinan dan kecil kemungkinannya berpendidikan perguruan tinggi.