Kamis, 12 September 2019 00:18
Catatan Seorang Dokter, Mantan Aktivis Mahasiswa 1998

Selamat Jalan Bapak Demokrasi Indonesia

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
dr. Annas Ahmad, Sp.B, FICS, M.Kes
dr. Annas Ahmad, Sp.B, FICS, M.Kes

TEPAT pukul 18.05 WIB, hampir semua stasiun televisi mengabarkan tentang wafatnya bapak BJ Habibie, seorang tokoh mantan Presiden RI yang ketiga. 

Oleh: dr. Annas Ahmad, Sp.B, FICS, M.Kes

TEPAT pukul 18.05 WIB, hampir semua stasiun televisi mengabarkan tentang wafatnya bapak BJ Habibie, seorang tokoh mantan Presiden RI yang ketiga. 

Sempat beberapa kali diberitakan melalui media sosial telah berpulang, namun kondisi beliau malah membaik.

Kali ini, berita itu nyata dari siaran langsung stasiun televisi di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. 

Kabar itu sontak menghentak seluruh penjuru bangsa Indonesia sebagai pertanda berita duka akan berpulangnya seorang anak bangsa yang telah meninggalkan banyak jasa dan karya atas kemajuan pembangunan bangsa Indonesia.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Selamat jalan Bapak Demokrasi Indonesia, semoga amal ibadahmu diterima oleh Allah subhanahu wata'ala dan menjadi golongan orang-orang yang husnul khatimah. 

Semua doa terbaik untukmu karena kami tak mampu membalas segala jasa dan karyamu pada bangsa yang sedang kami nikmati pembangunannya. 

Tuhan, terlalu cepat engkau memanggil tokoh besar bangsa ini yang tersisa. Hujan air mata dari seluruh pelosok negeri, berjuta kepala tertunduk sedih saat mendengar kabar sang Pahlawan Demokrasi telah berpulang. 

Ada banyak kisah, ada banyak sejarah dan ada banyak karya yang beliau titipkan buat pewaris kepemimpinan bangsa ini.

Sebagai salah satu penggerak aksi reformasi 1998 di Makassar, masih tampak jelas di pelupuk mata kita ketika pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundurkan diri dan menyerahkan tampuk kepemimpinan negara kepada bapak BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden.

Kondisi bangsa di ujung tanduk atas terjadinya kerusuhan, gejolak ekonomi, sosial, stabilitas politik dan keamanan negara. 

BJ Habibie yang langsung dilantik sebagai presiden ketiga RI, memimpin Indonesia dengan cermat, cepat, rasional dan reformis.

Itulah sebabnya bangsa Indonesia tidak terjerembap ke dalam konflik revolusi berdarah dan hanya masuk dalam skenario reformasi yang telah diperjuangkan oleh seluruh anak bangsa yang dipelopori oleh kelompok mahasiswa di seluruh penjuru Tanah Air.
 
Dalam kurun waktu yang relatif singkat sebagai presiden RI, Habibie telah mengajarkan pandangan modern beliau dalam demokrasi dan mengimplementasikannya dalam setiap proses pengambilan keputusan bangsa ini.

Komitmen beliau terhadap demokrasi adalah nyata dimana ketika MPR RI selaku institusi tertinggi di Indonesia yang memiliki kewenangan dalam memilih presiden dan wakil presiden, dengan tegas menolak pidato pertanggungjawaban Habibie yang terkait dengan masalah referendum Timor-Timur. 

Atas dasar inilah beliau mengundurkan diri dari pemilihan presiden tahun 1999 meskipun sesungguhnya beliau memiliki potensi besar untuk memenangkan pilpres. Keputusan ini dimaksudkan sebagai pendidikan politik dari arti sebuah demokrasi.

Melalui proses yang sistematik, menyeluruh dan menyatu, Habibie mengembangkan sebuah konsep yang lebih jelas, sebuah pengejawantahan dari proaktif dan prediksi preventif atas interpretasi dari demokrasi sebagai sebuah mesin politik. 

Konsep ini lalu diimplementasikan dalam berbagai agenda politik, ekonomi, hukum dan keamanan di antaranya kebebasan multipartai dalam pemilu, anti monopoli, kebijakan independensi Bank Indonesia agar bebas dari pengaruh presiden, kebebasan berkumpul dan berbicara, pengakuan hak asasi manusia, kebebasan pers dan media, pemerintahan yang efektif bebas dari KKN, pembebasan tahanan politik tanpa syarat dan pemisahan kesatuan polisi dari ABRI. 

Beberapa bulan sebelum Habibie menghembuskan napas terakhir, beliau kembali memperlihatkan kepedulian sebagai bapak demokrasi dengan mengumpulkan beberapa tokoh bangsa untuk melakukan pertemuan di kediamannya pasca pengumuman hasil pilpres yang bergejolak. 

Pada momen itu, Habibie pun berpesan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar. Dulu kita bersatu untuk merdeka agar bisa maju. 

Olehnya itu Habibie mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia untuk kembali bersatu dan tak lagi memandang perbedaan dalam pilihan politik. 

Tujuan kemerdekaan adalah untuk bersatu meski terdapat perbedaan pilihan dalam pemilu. Pemilu yang sekarang ini agar tidak dibawa mundur lagi karena ia adalah simbol kemajuan demokrasi.

Dari kami kaum muda milenial yang masih dapat merasakan sepak terjang BJ Habibie dalam pentas demokrasi bangsa Indonesia menghaturkan duka cita yang mendalam atas berpulangnya "Bapak Demokrasi", presiden ketiga RI, semoga husnul khatimah dan amal ibadahnya diterima oleh Allah subhanahu wata'ala.

Selamat jalan Bapak Demokrasi. Doa kami menyertaimu dan sejarah bangsa akan tetap mengenangmu.

* Penulis adalah direktur RSUD Pangkep, mantan aktivis mahasiswa 1998