Selasa, 10 September 2019 18:55

Topan Faxai Hantam Jepang, 17.000 Penumpang Terlantar di Bandara

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Topan Faxai Hantam Jepang, 17.000 Penumpang Terlantar di Bandara

Sekitar 17.000 penumpang terdampar semalaman di Bandara Narita Tokyo akibat Topan Faxai yang melanda bagian timur Tokyo.

RAKYATKU.COM - Sekitar 17.000 penumpang terdampar semalaman di Bandara Narita Tokyo akibat Topan Faxai yang melanda bagian timur Tokyo.

Topan itu menyebabkan lebih dari 100 penerbangan dibatalkan dan rel kereta api ke bandara juga terpengaruh. Sehingga banyak yang tidak memiliki pilihan transportasi ke kota, dikutip dari Asia One, Selasa (10/9/2019).

Juru bicara bandara Kei Miyahara mengatakan kepada AFP bahwa total ada 16.900 penumpang terlantar di bandara pada tengah malam.

"Penumpang sekarang mulai pulang atau ke tujuan akhir mereka karena bus dan kereta api telah kembali beroperasi," kata Miyahara Selasa pagi.

Bandara Narita, yang terletak di Chiba di sebelah timur Tokyo, berada tepat di garis api Topan Faxai, yang membawa angin hingga 207 kilometer per jam.

Kereta api pinggiran kota di seluruh wilayah metropolitan Tokyo yang besar tidak dibuka kembali sampai pukul 8 pagi pada hari Senin ketika para pejabat memeriksa puing-puing dan kerusakan. Ini memicu kekacauan selama perjalanan pagi yang terkenal sibuk.

Kekacauan itu terjadi ketika Jepang sedang bersiap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugby akhir bulan ini dan dengan Olimpiade Tokyo 2020 yang akan segera tiba.

Ada gangguan "kecil" pada jadwal beberapa tim, mengakui juru bicara Piala Dunia Rugby, dengan kedatangan Australia tertunda dan tim Inggris macet selama berjam-jam di bandara.

Mereka menghabiskan waktu dengan cara berbahasa Inggris dengan bermain kriket.

Bandara mengatakan mengirimkan 2.000 botol air, 19.000 kantong kerupuk, dan 18.000 gulungan untuk penumpang yang terdampar.

"Kami mengirimkan informasi dalam bahasa Inggris dan Jepang tentang tanda-tanda digital, dan membuat pengumuman dalam empat bahasa" termasuk Cina dan Korea, kata Miyahara.

Namun, ada massa frustrasi dan penumpang mengeluh tentang kurangnya informasi dan antrian panjang untuk taksi.

Operator bandara akan meninjau pengalaman mereka dan mengambil pelajaran nanti, kata Miyahara.