RAKYATKU.COM - Jutaan mata uang lokal dan asing ditemukan ditemukan di sebuah ruangan Istana Kepresidenan Sudan.
Namun, seorang mantan kepala Kantor Presiden yang bersaksi di pengadilan pada hari Sabtu mengatakan bahwa mantan presiden Omar al-Bashir adalah satu-satunya orang yang memiliki akses ke ruangan itu.
Dia mengatakan bahwa dia secara pribadi menyerahkan total 10,65 juta euro kepada berbagai entitas, termasuk kepada wakil Rapid Support Forces (RSF) dan Universitas Internasional Afrika di Khartoum.
"Al-Bashir adalah satu-satunya yang memegang kunci ruangan di mana uang itu ditemukan. Misi saya hanya untuk memberikan uang tunai seperti yang diperintahkan oleh al-Bashir," kata Mayor Jenderal Yassir Bashir. Dia mengelola kantor presiden antara 2015 hingga 2018.
Dia mengatakan bahwa dia memberikan 5 juta euro kepada wakil kepala RSF, Abdul Rahim Dagalo. Dia mengatakan bahwa Pemimpin RSF Mohammed Hamdan Dagalo hadir selama penyerahan uang tunai tersebut.
Sebagai bukti, dia memberikan tanda terima semua dana yang telah diberikan kepada pengadilan, kecuali 5 juta euro yang diberikan kepada saudara laki-laki Dagalo.
"Saya tidak diberi kuitansi kertas untuk jumlah yang dikirim," tambahnya.
Selajutnya, dia memberikan 4,5 juta euro kepada Universitas Internasional Afrika, yang dikelola oleh partai Kongres yang berkuasa.
Dia juga mengatakan dia diperintahkan untuk memberikan uang senilai € 200.000 ($ 222.000) kepada personil militer dan warga sipil untuk "perawatan."
Saksi kedua yang bekerja sebagai akuntan di universitas mengkonfirmasi penerimaan 4,5 juta euro. Dia diberi tahu bahwa uang itu diberikan sebagai "dukungan" dari presiden.
Bashir, yang digulingkan dalam kudeta militer pada bulan April sedang menjalani sidang atas tuduhan korupsi dan kepemilikan mata uang asing ilegal.
Mantan presiden Sudan itu telah dipenjara di penjara Khartoum yang terkenal kejam, di mana beberapa pembangkang politik ditahan di bawah pemerintahannya selama tiga dekade.