RAKYATKU.COM - Demam berdarah, malaria, dan zika adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh nyamuk.
Meskipun penyakit ini sudah umum diketahui, ada satu alergi nyamuk yang mungkin belum Anda dengar, yaitu Skeeter Syndrome.
Sindrom ini terjadi ketika tubuh bereaksi terhadap air liur nyamuk, dan menyebabkan benjolan merah pada kulit.
Siapa yang berisiko mengalami Skeeter Syndrome?
Orang yang berisiko mengalami sindrom ini adalah mereka yang paling rentan digigit nyamuk, yaitu:
- Laki-laki
- Wanita hamil
- Orang gemuk
- Orang dengan golongan darah 'O'
- Orang yang baru saja mengkonsumsi bir
- Orang yang baru berolahraga
- Orang yang melepaskan amonia, asam urat, dan asam laktat dalam jumlah tinggi
- Orang-orang yang mengenakan pakaian warna gelap
Gejala serius
Skeeter Syndrome biasanya akan ditandai dengan beberapa gejala, seperti gatal, merah dan memar di sekitar gigitan nyamuk.
Ini mungkin terdengar biasa saja, namun jika gejala tersebut disertai dengan sakit kepala parah, demam, muntah, mual, kelelahan, sensitivitas cahaya, dan kelemahan otot, maka Anda perlu khawatir.
Dalam kondisi ini, Anda perlu segera menemui dokter!
Perbedaan antara sindrom Skeeter dan infeksi kulit
Tanda-tanda infeksi kulit setelah gigitan serangga dan sindrom skeeter hampir sama. Gatal, kemerahan, kulit bengkak, dan nyeri, adalah gejala umum yang dapat membingungkan Anda apakah itu infeksi atau alergi.
Tapi, infeksi kulit akibat gigitan nyamuk biasanya terjadi beberapa hari setelah gigitan, sementara Skeeter Syndrome terjadi segera setelah Anda digigit!
Keduanya berbeda tetapi entah bagaimana terhubung, karena korban skeeter berisiko terkena infeksi kulit. Ketika orang menggaruk kulitnya karena gatal, itu memperburuk kondisi kulit dan ini mempengaruhi proses penyembuhan. Dengan demikian, alergi ini dapat menyebabkan infeksi.
Jika Anda tidak melihat gejala ini mereda dalam beberapa hari dan kulit malah meradang, kunjungi spesialis kulit sesegera mungkin!