Sabtu, 24 Agustus 2019 09:53

Cerita Perjaka 26 Tahun Nikahi Janda Berusia 50 Tahun

Ibnu Kasir Amahoru
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Destoko dan Rasmiyati. Ist
Destoko dan Rasmiyati. Ist

Jodoh tidak ada yang tahu. Sepenggal kalimat itu juga yang mengambarkan kisah cinta seorang perjaka berusia 26 dengan janda beranak dua berusia 50 tahun.

RAKYATKU.COM - Jodoh tidak ada yang tahu. Sepenggal kalimat itu juga yang mengambarkan kisah cinta seorang perjaka berusia 26 dengan janda beranak dua berusia 50 tahun.

Keduanya adalah Destoko, warga Desa Panusupan, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, dan Rasmiati, janda yang merupakan seorang sinden wayang kulit asal Desa Kedung Wuluh Kidul, Kecamatan Patikraja.

Destoko merupakan penari kuda lumping atau dikenal ebeg pada grup Wahyu Mugi Lestari Desa Panusupan. Sedangkan Rasmiyati merupakan pesinden wayang yang kerap tampil dalam pementasan sejumlah dalang ternama di Banyumas dan sekitarnya.

Walau beda usia hingga 26 tahun, keduanya melangsungkan pernikahan di rumah orang tua Destoko, Dusun Legok, Desa Panusupan pada Rabu (21/8/2019) kemarin.

Baik Destoko maupun Rasmiyati, sama-sama mengakui dunia seni yang telah menyatukan keduanya hingga mengikat janji suci dalam pernikahan.

“Kami diperkenalkan dalam keperluan seni. Grup kuda lumping kami memerlukan sinden untuk sebuah pementasan, sekitar sebulan lalu. Kemudian dari kesepakatan grup mengundang dia, dan kebetulan termasuk saya yang datang ke rumahnya untuk mengundang,” kata Destoko.

Destoko mengisahkan, sebelumnya sempat ragu saat akan mengundang, karena Rasmiati merupakan pesinden wayang. Yang dia tahu dari orang-orang, Rasmiati juga biasanya selalu menolak dengan cara halus bila diminta menjadi pesinden kuda lumping.

Namun tidak disangka, saat ia yang memintanya, perempuan yang kini sudah menjadi istri sahnya itu, ternyata menyanggupi untuk nyinden dan bergabung dengan grup kuda lumpingnya.

Atas kesediaan itu, Destoko kemudian yang bertindak menjadi tukang antarjemput setiap kali Rasmiati tampil. “Kalau dia tampil, saya suka nungguin sampai selesai, kemudian mengantarnya pulang,” kata Destoko kepada Suara.

Dari kebersamaan itu, cinta di antara keduanya mulai tumbuh. Selain antarjemput, keduanya juga mulai aktif berkomunikasi lewah obrolan telepon, WhatsApp atau sesekali ketemu.

“Sampai pada akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan lebih serius. Alhamdulillah kedua orang tua dan keluarga menyetujui, sehingga kemarin (Rabu) dilangsungkan pernikahan,” kata dia.

Destoko mengaku kesengsem pada Rasmiati karena kemerduan suaranya saat nyinden. Sebagai penari ebeg, dia paham betul mana suara merdu atau tidak, termasuk kesesuaian dengan nada lagu.

“Apalagi kalau pas tampil bareng di ebeg. Dia yang menyanyi, saya yang menari. Jadi tarian saya pun rasanya menyatu banget dengan lantunan suara merdunya,” kata Destoko yang sudah menari ebeg selama puluhan tahun itu.

Sedangkan di mata Rasmiati, Destoko merupakan pemuda yang baik dan tampan. Saat menari ebeg juga banyak penonton yang mengindolakan karena keluwesan tarian hingga ketampanannya.

“Banyak yang bilang katanya ganteng gitu, akhirnya (saya) terpikat juga,” kata Rasmiati sembari tersenyum malu.

Disinggung mengenai beda usia hingga 26 tahun, pengantin baru tersebut mengaku sudah mempertimbangkan sejak awal. Bagi keduanya, kesucian cinta tidak akan terhalang oleh jarak usia.

“Bagi kami itu tidak ada masalah. Namanya juga sudah jodoh,” katanya.