RAKYATKU.COM - Tiga pejabat Amerika Serikat berpeluang mendapatkan hadiah Rp14,1 miliar. Mereka mengonfirmasi bahwa putra pendiri Al-Qaeda, Osama bin Laden, Hamza telah meninggal dunia.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan hadiah US$1 juta atau Rp14,1 miliar untuk pemberi informasi mengenai keberadaan Hamza pada Februari 2019.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS menyatakan Hamza bin Laden tengah dicari lantaran dia menjadi pemimpin kunci sebuah kelompok milisi Islam.
Hamza bin Laden, yang diyakini berusia sekitar 30 tahun, ditetapkan secara resmi oleh AS sebagai teroris global pada dua tahun lalu.
Dia menikahi putri Mohammed Atta, pelaku pembajakan salah satu pesawat komersial yang digunakan dalam penyerangan 11 September 2001, dan menabrakkannya ke gedung World Trade Center di New York.
Surat-surat dari Osama bin Laden yang disita dari rumahnya di Abbotabad, Pakistan, tempat dia dibunuh pada 2011 mengindikasikan mendiang telah memupuk Hamza untuk menggantikannya sebagai pemimpin Al-Qaeda. Deplu AS menambahkan, Hamza diyakini merupakan putra favorit Osama.
"Kami meyakini dia mungkin berada di perbatasan Afghan-Pakistan dan dia akan menyeberang ke Iran. Namun, dia bisa berada di mana saja di Asia Tengah bagian selatan," kata Asisten Menteri di bidang Keamanan Diplomatik, Michael Evanoff.
Hamza bin Laden diyakini menghabiskan beberapa tahun bersama ibunya di Iran, tempat dia dipercaya telah melangsungkan pernikahan.
Terbaru, sejumlah media Amerika Serikat (AS) mengabarkan putra pendiri Al-Qaeda, Osama bin Laden, Hamza telah meninggal dunia.
Kantor berita NBC News menyebut tiga pejabat AS telah mengonfirmasi memiliki informasi tentang kematian Hamza.
Seperti dilansir dari AFP, Kamis (1/8/2019), sayangnya tiga pejabat tersebut tidak memberikan informasi rinci mengenai waktu dan tempat putra Osama bin Laden itu meninggal dunia.
Sementara itu, kantor berita lainya, The New York Times yang mengutip dua pejabat AS menyebut Hamza diduga terbunuh sejak dua tahun terakhir dalam operasi yang melibatkan Amerika Serikat.
Namun, Presiden Donald Trump yang dikonfirmasi mengenai kabar tersebut menolak berkomentar. "Aku tidak mau berkomentar tentang itu," katanya.