RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Senior Project Officer Save The Children Makassar, Zaldy menjelaskan pengasuhan kepada Anak dapat dilakukan dengan pola Asuh Disiplin Positif.
"Selama ini banyak orang tua yang menganggap bahwa yang mereka terapkan pada anak adalah pola asuh Disiplin padahal yang dilakukan adalah pola asuh Bukan Disiplin Positif," ungkapnya dalam Workshop yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Sulsel, di Hotel Aeorotel Smile, (8-10/05/2019).
Dalam workshop terkait peningkatan kualitas keluarga berbasis hak anak Tingkat Kabupaten Kota ini, Zaldy mengatakan, banyak orang tua berfikir bahwa hukuman selain memukul, membentak, mengurung anak di dalam kamar adalah disiplin positif.
"Rupanya hal tersebut juga memiliki dampak kepada anak di luar yang kita perkirakan," tuturnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan disiplin positif ini terdiri dari:
1. Pemecahan jangka panjang yang mampu mengembangkan disiplin dari anak.
2. Komunikasi yang jelas tentang tuntutan, aturan dan batasan.
3. Membangun hubungan yang saling menghargai dengan anak.
4. Mengajari anak keterampilan hidup.
5. Meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan anak.
6. Mengajari kemurahan hati, kasih sayang, empati, penghargaan diri, hak asasi manusia dan menghargai orang lain.
Sedangkan Bukan disiplin Positif meliputi:
1. Pengasuhan yang serba memperbolehkan.
2. Tidak ada peraturan, batasan atau tuntutan.
3. Membiarkan anak melakukan apapun yang mereka mau.
4. Reaksi jangka pendek.
5. Hukuman lain pengganti hukuman fisik.
6. Selalu membela anak jika sedang berselisih dengan orang lain.
Pengasuhan positif kata dia, tidak mengikut sertakan hukuman fisik, bentakan atau hukuman emosional dengan alasan:
1. Penelitian menunjukkan bahwa hukuman fisik dan emosional mengakibatkan resiko kesehatan fisik dan psikis anak-anak.
2. Penelitian menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak dapat merusak ratusan saraf yang ada pada otak anak.
3. Pengasuhan positif dibangun berdasarkan prinsip bahwa orang harus menyelesaikan perselisihan tanpa saling menyakiti, termasuk ketika menghadapi anak.
"Kerangka dalam membangun disiplin positif, ibaratnya seperti membangun rumah impian kita. Dalam hal ini kita harus mengetahui tujuan jangka panjang pengasuhan, memerlukan kehangatan dan bimbingan, memahami cara anak berfikir dan merasakan, serta terampil menyelesaikan masalah," ungkapnya.