Minggu, 12 Mei 2019 11:45

Suara Demokrat Terjun karena Tak Serius Dukung Prabowo? PAN dan PKS Bilang Begini

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Jansen Sitindaon bersama Ibas
Jansen Sitindaon bersama Ibas

Hasil quick count dan rekapitulasi suara sementara menunjukkan suara Partai Demokrat turun drastis pada Pemilu 2019. Akibat setengah-setengah dukung Prabowo-Sandi?

RAKYATKU.COM - Hasil quick count dan rekapitulasi suara sementara menunjukkan suara Partai Demokrat turun drastis pada Pemilu 2019. Akibat setengah-setengah dukung Prabowo-Sandi?

Bergabungnya Partai Demokrat ke koalisi Prabowo-Sandi memang sempat diwarnai beberapa insiden. Awalnya, hubungan Prabowo dan SBY tampak mesra. Demokrat mendorong Agus Harimurti Yudhoyono jadi cawapres.

Namun, pada saat terakhir, Prabowo lebih memilih menggandeng Sandiaga Salahuddin Uno. Saat bertemu pengusaha nasional, Prabowo menyebut ada dua nama yang jadi kandidat cawapres.

AHY tak masuk daftar. Justru yang masuk daftar, pengusaha Erwin Aksa. Prabowo kala itu menyebut, seandainya Sandiaga Salahuddin Uno tidak bersedia, maka dia kemungkinan menggandeng Erwin sebagai wakilnya.

Batalnya AHY jadi cawapres Prabowo membuat SBY dan Demokrat kecewa. Andi Arief melampiaskan kekesalannya dengan isu kardus. Dia sampai menyebut Prabowo Subianto sebagai "jenderal kardus".

Sejak saat itu, hubungan Partai Demokrat dengan koalisi Prabowo-Sandi tak semesra partai lainnya. Tak hanya itu, AHY dalam kampanyenya tidak menyertakan pasangan Prabowo-Sandi.

Harapan Partai Demokrat untuk fokus pileg agar mendapat suara signifikan justru sebaliknya. Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon mengatakan dukungan ke Prabowo Subianto membuat suara untuk partainya turun. 

Namun, menurutnya, itu risiko dari memilih capres yang diusung. Pernyataan ini dilontarkan Jansen saat menanggapi pernyataan Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono yang meminta mereka keluar dari koalisi Prabowo-Sandiaga.

"Kami tujuh bulan ini sudah membuktikan serius kok memenangkan Prabowo. Bahkan karena dukung Prabowo ini suara partai kami turun. Caleg seperti saya ini tidak dipilih karena politik identitas," ujar Jansen, Sabtu (11/5/2019).

Menanggapi keluhan Partai Demokrat, Wasekjen PAN Saleh Partaonan Daulay mengaku tidak mau terburu-buru memberikan penilaian. 

"Kita tunggu dulu hasil real count. Setelah itu, nanti baru dilakukan evaluasi internal dengan seluruh elemen partai," ujar Saleh.

Saleh mengatakan, perolehan suara PAN untuk sementara ini tidak begitu jauh berbeda dengan pemilu yang lalu. Hanya saja, lanjut dia, ada perubahan-perubahan perolehan kursi di dapil-dapil yang ada. 

PAN pada pemilu lalu tidak mendapatkan kursi dari DKI. Pada pemilu kali ini, PAN diperkirakan mendapatkan minimal dua kursi. Di Sumatera Barat, PAN diprediksi mendapat tiga kursi di mana pemilu lalu partai yang dipimpin Zulkifli Hasan ini hanya mendapat satu kursi.

"Yang jelas, kami bersyukur bahwa kami masih bisa bertahan sebagai partai papan tengah. Semoga saja, kursi kami bisa lebih baik pada saat perhitungan akhir nanti," tutur anggota DPR itu.

Sementara Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan setiap partai tentu punya strategi berbeda di Pemilu 2019. Strategi PKS, kata Mardani, adalah menyatukan kampanye pilpres dan pileg.

"Tiap partai punya strategi pileg dan pilpres yang terbuka. PKS menafsirkan bahwa kita satukan kampanye pilpres sekalian kampanye pileg," kata Mardani. 

Mardani mengatakan PKS belum membuat evaluasi pemilu. Namun, yang pasti, dia menyebut PKS merasakan efek pilpres. "Kita belum buat evaluasi. Tapi pandangan umumnya efek pilpres dirasakan oleh PKS," sebut Mardani.