Senin, 11 Maret 2019 08:45

Pesawat Ethiopian Airlines yang Jatuh Ternyata Pesawat Baru

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Puing Ethiopian Airlines (AP)
Puing Ethiopian Airlines (AP)

Sebuah penerbangan Ethiopian Airlines jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari ibukota Ethiopia pada hari Minggu (10/03/3019).

RAKYATKU.COM - Sebuah penerbangan Ethiopian Airlines jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari ibukota Ethiopia pada hari Minggu (10/03/3019). Kecelakaan itu menewaskan semua orang di dalam pesawat, yang berjumlah 157 orang.

Ethiopian Airlines Penerbangan 302 meninggalkan bandara Bole di Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya, pada jam 8:38 pagi.

Beberapa menit kemudian tepatnya pada jam 8:44 pesawat hilang kontak dengan menara kontrol. Kecelakaan terjadi di sekitar Bishoftu, atau Debre Zeit, sekitar 31 mil selatan dari Addis Ababa.

Belum diketahui jelas apa yang menyebabkan jatuhnya pesawat Boeing 737-8 MAX. Itu adalah pesawat baru dan telah dikirim ke maskapai pada bulan November, menurut catatan yang diperoleh oleh Associated Press.

CEO maskapai mengatakan bahwa pilot Ethiopia mengirimkan panggilan darurat dan diberikan izin untuk kembali ke bandara sebelum kecelakaan.

Menurut monitor lalu lintas udara Flightradar 24 dalam posting Twitter, pesawat itu menunjukkan kecepatan vertikal yang tidak stabil setelah lepas landas.

Menteri transportasi Kenya mengatakan bahwa dari korban tewas, 33 adalah warga negara Kenya, 8 orang Amerika, 18 orang Kanada, dan 8 orang China, 8 orang Italia, 7 orang Perancis, 7 orang Inggris, 6 orang Mesir, 5 orang, Belanda dan masing-masing 4 dari India dan Slovakia. Dikatakan bahwa satu di antara mereka adalah orang Indonesia.

Ethiopian Airlines memposting foto yang menunjukkan CEO-nya berdiri di tengah puing-puing pesawat yang jatuh tak lama setelah lepas landas.

Keluarga yang khawatir segera mulai berkumpul di bandara Nairobi setelah kecelakaan itu.

“Kami hanya menunggu ibuku. Kami hanya berharap dia naik penerbangan lain atau ditunda. Dia tidak mengangkat teleponnya,” kata Wendy Otieno kepada Reuters sambil memegangi telepon dan menangis.