Jumat, 08 Maret 2019 21:48

TKD Sulsel akan "Adukan" Caleg yang Tak Sosialisasikan Jokowi

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ketua TKD Jokowi-Ma'ruf Sulsel, Syamsul Bachri.
Ketua TKD Jokowi-Ma'ruf Sulsel, Syamsul Bachri.

Tingkat elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Sulawesi Selatan cenderung stagnan. Padahal, hari pemungutan suara tinggal 40 hari lagi.

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Tingkat elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Sulawesi Selatan cenderung stagnan. Padahal, hari pemungutan suara tinggal 40 hari lagi.

Selain anggaran sosialisasi yang minim serta ketebatasan Alat Peraga Kampanye (APK), faktor lain ditengarai juga menjadi salah satu penyebab tidak adanya peningkatan signifikan dari elektabilitas sang petahana.

Banyak calon anggota legislatif (caleg) dari partai politik pengusung ditemukan Tim Kampanye Daerah (TKD) yang tak bekerja secara maksimal. Dalam sosialisasinya sebagai caleg, mereka kadang abai mengikutkan Jokowi-Ma'ruf dalam interaksinya dengan masyarakat.

"Memang, ada keluhan-keluhan dari kawan-kawan TKD kabupaten/kota bahwa caleg-caleg dari partai itu perlu lebih diintensifkan kinerja dan pergerakannya. Ketika melakukan sosialisasi agar sekaligus juga mengoptimalkan sosialisasi tentang Jokowi-Ma'ruf. Caleg (yang tidak bekerja) ini merata, tidak dari satu parpol saja," ungkap Ketua TKD Jokowi-Ma'ruf Sulsel, Syamsul Bachri saat ditemui Rakyatku.com di Hotel Grand Asia, Jalan Boulevard, Jumat (8/3/2019).

Menurut Syamsul, temuan dari TKD kabupaten/kota ini akan ditindaklanjutinya. Mengingat hari pemungutan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 tinggal menghitung hari.

"Tentu ini nanti akan kami sampaikan kepada pimpinan partai masing-masing untuk menegaskan peran caleg untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf diwilayahnya masing-masing. Jadi memang ini nanti perlu ada instruksi yang tegas dari partainya masing-masing," tambah legislator DPR RI Fraksi Golkar ini.

Sebenarnya, kata Syamsul, para caleg ini bukan tak mau bekerja menyosialisasikan capres dan cawapres nomor urut satu itu. Hanya, katanya, para caleg dibebani dua konsentrasi bersamaan sebagai buntut dari gelaran Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pilpres yang digelar serentak.

"Sebenarnya bukan tidak kerja. Hanya saja tidak maksimal. Pikiran para caleg itu bercabang. Pertama dihantui dengan parliamentary treshold, kedua dia bisa lolos atau tidak sebagai caleg, baru mikirin yang lain, yaitu Pilpres. Beda dengan relawan. Mereka tidak terbebani dengan Pileg, sehingga bisa konsentrasi penuh untuk memenangkan Pilpres," pungkasnya.