Kamis, 07 Maret 2019 17:29

Pengobatan Sel Punca, Pasien di Inggris Sembuh dari HIV/AIDS

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Foto: Times Now.
Foto: Times Now.

HIV seorang pasien Inggris menjadi tidak terdeteksi setelah dilakukan pencangkokan sel punca. Ini adalah kasus kedua sejenis, lapor para dokter di jurnal Nature.

RAKYATKU.COM - HIV seorang pasien Inggris menjadi tidak terdeteksi setelah dilakukan pencangkokan sel punca. Ini adalah kasus kedua sejenis, lapor para dokter di jurnal Nature.

Pasien London, yang dirawat karena penyakit kanker, sekarang dalam keadaan remisi dari HIV selama 18 bulan dan sudah tidak lagi memakan obat HIV.

Namun, para peneliti mengatakan terlalu dini untuk mengatakan pasien telah sembuh dari HIV.

Sejumlah ahli mengatakan pendekatan tersebut tidak praktis untuk menangani sebagian besar Orang Dengan HIV AIDS (ODHA), tetapi suatu hari akan membantu ditemukannya obat.

Pasien pria London yang tidak disebutkan namanya itu, didiagnosis HIV pada 2003 dan menderita lymphoma Hodgkin lanjut pada 2012.

Dia menerima terapi kemo untuk mengatasi kanker Hodgkin dan kemudian sel punca ditanam ke pasien dari pendonor yang resisten terhadap HIV. Tindakan ini membuat kanker dan HIV-nya mengalami remisi.

Peneliti dari University College London, Imperial College London, Cambridge dan Oxford Universities terlibat dalam kasus ini.

Ini adalah kedua kalinya seorang pasien yang dirawat seperti ini mengalami HIV dalam keadaan remisi.

Sepuluh tahun lalu, pasien lain di Berlin, Jerman menerima tranplantasi sumsum tulang belakang dari seorang donor yang kebal terhadap virus itu.

Timothy Brown, yang disebut-sebut sebagai orang pertama yang "mengalahkan" HIV/AIDS, diberikan dua pencangkokan dan radiotherapy seluruh tubuh karena leukemia.

"Dengan mencapai remisi pada pasien kedua dengan menggunakan pendekatan yang sama, kami telah menunjukkan bahwa pasien Berlin bukanlah suatu ketidaknormalan dan ini benar-benar pendekatan pengobatan yang dapat menghilangkan HIV dari dua orang," kata penulis utama kajian Prof Ravindra Gupta dari UCL.

Prof Eduardo Olavarria, yang juga terlibat dalam penelitian, dari Imperial College London mengatakan keberhasilan pencangkokan sel punca diharapkan akan menjadi strategi baru yang dapat dikembangkan untuk mengatasi virus.

Tetapi dia menambahkan: "Perawatan ini tidak patut dipandang sebagai perawatan standar HIV karena tingkat racun terapi kemo, yang dalam kasus ini diperlukan untuk mengatasi lymphoma."

CCR5 adalah reseptor yang paling biasa dipakai HIV-1 - jenis virus HIV yang paling banyak ditemukan di dunia - untuk memasuki sel.

Tetapi sejumlah kecil orang yang kebal terhadap HIV memiliki dua kopi reseptor CCR5 yang termutasi.

Ini berarti virus tidak dapat menembus sel di tubuh yang biasanya terinfeksi.

Pasien London menerima sel punca dari donor dengan mutasi genetik khusus, yang membuatnya juga kebal terhadap HIV.

Tetapi simpanan sel pembawa HIV tetap ada di tubuh, dalam keadaan istirahat/remisi, selama bertahun-tahun.

Para peneliti Inggris mengatakan adanya kemungkinan menggunakan terapi gen untuk menyasar reseptor CCR5 pada ODHA. Sekarang mereka mengetahui bahwa kesembuhan pasien Berlin bukanlah suatu kebetulan.

Prof Graham Cooke, profesor peneliti National Institute for Health Research dan pengajar penyakit infeksi dari Imperial College London mengatakan hasil ini memberikan semangat kepada para peneliti.

"Jika kita bisa memahami lebih baik bagaimana prosedur ini dapat berhasil pada sejumlah pasien dan tidak efektif pada yang lain, kita akan semakin mendekati tujuan utama mengobati HIV."

"Sekarang prosedur ini masih terlalu berisiko untuk diterapkan."

Dr Andrew Freedman, pengajar penyakit infeksi dan dokter konsultan kehormatan Cardiff University mengatakan ini adalah sebuah laporan yang menarik dan kemungkinan signifikan.

Tetapi dia mengatakan penelitian lanjutan yang lebih panjang diperlukan untuk memastikan virus tidak muncul kembali pada tahapan selanjutnya.

"Sementara jenis perawatan ini jelas tidak praktis dalam menangani jutaan orang di dunia yang hidup dengan HIV, laporan seperti ini dapat membantu dikembangkannya obat HIV."

Untuk sementara waktu, dia mengatakan fokus perlu dilakukan pada pendiagnosaan HIV secepatnya dan memulai pasien pada terapi antiretroviral kombinasi seumur hidup (cART).

Ini dapat mencegah virus ditularkan ke pihak lain dan memberikan harapan hidup yang hampir normal kepada ODHA.

Sumber: BBC Indonesia