Kamis, 07 Maret 2019 09:23

Guru Amerika Terjebak di Arab Saudi Setelah Bercerai

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Bethany Vierra dan putrinya
Bethany Vierra dan putrinya

Bethany Vierra, berasal dari negara bagian Washington. Dia bertemu dengan suaminya pada tahun 2011, setelah diperkenalkan oleh teman-temannya.

RAKYATKU.COM - Seorang guru Amerika yang tinggal di Arab Saudi bersama suaminya telah terperangkap di kerajaan setelah pernikahannya berantakan.

Hukum perwalian di negara itu membuatnya tidak bisa pergi ke mana-mana, atau harus didampingi wali laki-laki.

Bethany Vierra, berasal dari negara bagian Washington. Dia bertemu dengan suaminya pada tahun 2011, setelah diperkenalkan oleh teman-temannya.

Dua tahun setelah mereka bertemu, mereka menikah di Portugal, dan tinggal Zaudi. Mereka memiliki seorang putri bernama Zaina.

Tapi, rumah tangga mereka mulai goyah, dan Vierra bercerai dengan suaminya. Namun ada satu hal yang tidak ia sadari, bahwa bercerai di Arab Saudi dan berusaha pulang adalah sesuatu yang sulit.

Saudaranya, Nicole Carroll mengatakan kepada The New York Times bahwa Vierra terjebak di Arab Saudi.

Undang-undang perwalian kerajaan, yang memberi laki-laki kekuasaan atas perempuan, mencegahnya menggunakan rekening banknya, meninggalkan negara itu, bepergian dengan putrinya atau mencari bantuan hukum.

"Dia benar-benar terjebak," kata Carroll. "Dia kehabisan pilihan."

Meskipun dia telah bercerai, dia masih berada di bawah pengawasan mantan suaminya, dan melarangnya untuk kembali ke Amerika.

Pembatasan Arab Saudi terhadap wanita bukanlah hal baru, tapi sangat keras.

Di bawah sistem perwalian, perempuan Saudi diberi status hukum yang mirip dengan seorang anak. Wanita harus memiliki "wali" laki-laki untuk mendapatkan paspor atau bahkan menerima prosedur medis tertentu.

Wali pria dapat memberikan atau menolak izin untuk melakukan perjalanan melalui aplikasi pemerintah dan bahkan dapat diberitahukan ketika ada wanita yang mereka awasi melewati bandara.

Pembatasan kerajaan pada wanita disorot awal tahun ini ketika seorang remaja Saudi melarikan diri dari keluarganya dan membarikade dirinya di sebuah hotel bandara Thailand. 
Kasusnya menarik perhatian global setelah dia memasang kampanye media sosial melalui Twitter untuk meminta suaka.

Usahanya mendapat dukungan publik dan cukup untuk meyakinkan para pejabat Thailand agar mengakui dia sementara di bawah perlindungan PBB.

Akhirnya, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengumumkan negaranya akan mengizinkan remaja itu masuk sebagai pengungsi.